Pasukan Irak Masih Bertempur dengan Gerilyawan ISIL
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Gerilyawan terlibat pertempuran dengan pasukan keamanan Irak untuk menguasai satu kota strategis di utara, Senin (16/6), memicu separuh dari penduduk daerah itu lari, sementara Washington melancarkan serangan udara terhadap para petempur.
Amerika Serikat dan Iran secara singkat membicarakan krisis yang telah berlangsung sepekan itu di sela-sela perundingan nuklir di Wina sementara dua negara yang bermusuhan sama-sama ingin mencegah gerilyawan Sunni memperoleh tempat berpijak di Irak.
Gerilyawan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) mengatakan mereka telah membunuh tentara Irak ketika bergerak maju ke ibu kota Baghdad, termasuk satu pembantaian “mengerikan” yang dikecam internasional.
Dalam pertempuran terbaru, Senin gerilyawan Arab Sunni menguasai beberapa daerah Tal Afar, kota berpenduduk mayoritas etnis Turki Syiah antara kota Mosul yang dikuasai gerilyawan dan perbatasan Suriah, kata para pejabat dan penduduk.
Pejabat lokal Abdullah Abbs mengatakan Tal Afar menghadapi “korban tewas, cedera, kekacauan dan pengungsi”, dan sekitar 200.000 orang-- hampir separuh dari penduduk daerah itu mengungsi.
Kota, yang merupakan daerah Syiah di Provinsi Nineveh yang didominisasi warga Arab Sunni dan Kurdi, sebelumnya tidak tersentuh serangan di mana para petempur yang dipimpin ISIL merebut Mosul-- satu kota berpenduduk dua juta jiwa-- dan kemudian satu daerah luas utara Baghdad dalam hanya beberapa hari.
Sementara Washington sedang mempertimbangkan langkah ke depan dalam krisis itu, Menlu AS John Kerry , Senin mengatakan bahwa serangan pesawat tanpa awak dapat dilakukan, setelah Presiden Barack Obama mengatakan ia sedang mempertimbangkan “semua opsi” tentang bagaimana mendukung pemerintah Irak.
Pesawat-pesawat tanpa awak mungkin bukan “semua jawaban,” kata diplomat penting Washington itu kepada Yahoo News. tetapi mereka mungkin satu dari opsi-opsi baik yang penting untuk dapat membendung gelombang itu dan menghentikan gerakan orang yang masuk dengan menggunakan konvoi-konvoi terbuka dan truk-truk dan meneror penduduk”.
Sekitar 275 personel militer Amerika Serikat dikirim ke Irak untuk membantu personel AS dan melindungi kedubesnya d Baghdad, kata Obama.
Washington telah menggelar satu kapal induk di Teluk, tetapi Obama mengesampingkan pengiriman kembali tentara AS ke Irak, yang meninggalkan negara itu akhir tahun 2011 setelah intervensi berdarah dan berbiaya mahal tahun 2003.
Kendatipun AS mengesampingkan operasi bersama dengan Teheran, kedua negara itu—yang berseteru selama hampir 30 tahun—melakukan diskusi-diskusi singkat” mengenai krisis itu di Wina.
Belum diputuskan “apakah kami akan melanjutkan perundingan dengan Iran mengenai Irak, kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf kepada stasiun televisi CNN, mengakui bahwa Teheran dan Washington memiliki kepentingan yang sama untuk menjamin gerilyawan tidak dapat “memperoleh tempat berpijak lagi di Irak. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...