Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:39 WIB | Sabtu, 16 Desember 2023

Pasukan Israel Temukan Lagi Jenazah Sandera Hamas di Gaza

Pejabat Israel dan Amerika Serikat diskusi tentang masa depan Gaza.
Keluarga sandera yang ditawan oleh Hamas di Gaza berbaris di dekat markas militer Kirya di Tel Aviv pada 15 Desember 2023, menyerukan pemerintah untuk segera merundingkan kesepakatan pembebasan sandera, setelah IDF secara keliru menembak dan membunuh tiga sandera Israel di Gaza utara pada hari sebelumnya. (Foto: dok. Chen Leopold via ToI)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Pasukan khusus Israel telah menemukan jenazah sandera berusia 28 tahun, Elia Toledano, yang ditahan di Jalur Gaza oleh Hamas sejak serangan mereka pada 7 Oktober di Israel selatan, kata militer dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (15/12).

Pihak militer mengatakan bahwa “prosedur identifikasi” telah dilakukan oleh pejabat medis, rabi militer, dan ahli forensik.

Toledano disandera oleh Hamas dari sebuah festival musik luar ruangan yang berubah menjadi pembantaian, media Israel melaporkan.

Lebih dari 130 sandera masih berada di tangan Hamas di Gaza. Beberapa di antara mereka telah dinyatakan meninggal secara in absentia oleh otoritas Israel.

Israel Buru Pemimpin Hamas di Gaza

Sementara itu, dilaporkan bahwa hari-hari pemimpin Hamas Yahya Sinwar “hanya tinggal menghitung hari,” kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada hari Kamis (14/12), dan berjanji untuk memastikan keadilan ditegakkan.

“Saya pikir aman untuk mengatakan bahwa hari-harinya tinggal menghitung hari… Dia memiliki darah Amerika di tangannya; 38 orang Amerika terbunuh pada tanggal 7 Oktober, dan dia masih menyandera sejumlah orang Amerika,” kata pejabat itu kepada wartawan saat melakukan panggilan telepon untuk membahas perjalanan Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan, ke Israel dan Palestina.

“Jadi, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, tapi keadilan akan ditegakkan,” kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya berkomitmen untuk membunuh Sinwar dan memusnahkan Hamas dan para pemimpin utamanya.

Sinwar dan beberapa pejabat Hamas lainnya merencanakan serangan 7 Oktober terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyandera ratusan lainnya. Ini adalah salah satu serangan paling mematikan yang pernah dihadapi Israel.

Meski demikian, serangan militer Israel yang terjadi kemudian menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Amerika Serikat telah menjadi pembela setia hak Israel untuk merespons dan melenyapkan Hamas dan kendalinya atas Gaza. Namun, jumlah korban warga sipil telah membuat Washington frustrasi dalam beberapa pekan terakhir.

Sullivan, staf utama Presiden Joe Biden di Gedung Putih, mengunjungi Israel pada hari Kamis (14/12), bertemu dengan para pemimpin tertinggi negara tersebut. Dia mengadakan dua pertemuan dengan Netanyahu, satu sebelum pertemuan Kabinet Perang dan satu lagi setelahnya.

Pertemuan kedua membahas ekspektasi “saat kita melewati pekan-pekan mendatang atau menjelang akhir tahun dan memasuki awal bulan Januari,” kata pejabat senior pemerintah.

“Diskusi berat” juga diadakan mengenai upaya Israel untuk melindungi warga sipil serta pembicaraan rinci mengenai situasi kemanusiaan di Gaza. Israel awalnya menolak mengizinkan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan dan makanan ke Jalur Gaza, namun kemudian menyetujuinya setelah mendapat tekanan dari AS.

Laporan yang mengutip para pejabat AS mengatakan bahwa Biden ingin militer Israel menyelesaikan serangan militernya dalam tiga hingga empat pekan ke depan. Biden mengatakan pekan ini bahwa Israel kehilangan dukungan internasional atas apa yang disebutnya sebagai pemboman tanpa pandang bulu di Gaza. Presiden AS juga mengecam pemerintahan Netanyahu, dan menuduh kabinet paling ekstrem dalam sejarah Israel tidak menginginkan solusi dua negara dengan Palestina.

Pejabat senior pemerintah mengatakan pelaporan mengenai jangka waktu operasi Israel “tidak sepenuhnya akurat.” Namun, dia mengatakan para pejabat AS dan Israel membahas peralihan penekanan saat ini dari operasi berintensitas tinggi ke fokus berintensitas rendah pada target bernilai tinggi.

Masa Depan Gaza

Ketika ditanya tentang masa depan Gaza dan siapa yang akan mengendalikan jalur tersebut, yang telah dikuasai oleh Hamas selama lebih dari satu dekade, pejabat tersebut menyarankan bahwa Otoritas Palestina dapat mengambil peran.

Sullivan bertemu dengan Otoritas Palestina pada hari Jumat (15/12) dan pejabat senior tersebut memuji Otoritas Palestina karena telah mencegah terjadinya kekerasan di Tepi Barat.

Pejabat itu mengatakan pembicaraan dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbass, akan fokus terutama pada stabilitas di Tepi Barat.

“Tetapi juga seiring berjalannya waktu, tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Di Gaza. Ada sejumlah personel keamanan yang terkait dengan Otoritas Palestina, yang menurut kami mungkin dapat memberikan semacam inti dalam beberapa bulan setelah kampanye militer secara keseluruhan. Namun hal ini adalah sesuatu yang kami diskusikan dengan Palestina, Israel, dan mitra regional. Masih banyak pekerjaan yang sedang berjalan,” kata pejabat itu.

Netanyahu dan pemerintahannya mengatakan mereka menentang negara Palestina dan juga mengatakan mereka tidak akan membiarkan Otoritas Palestina menguasai Gaza.

Para pejabat AS telah berulang kali menyatakan bahwa harus ada solusi dua negara. Negara-negara Arab juga telah menyuarakan tuntutan ini, dengan mendorong seruan agar Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara Palestina di masa depan berdasarkan perbatasan tahun 1967.

“Dalam percakapan kami dengan Israel, pertanyaannya bukan hanya apakah Palestina akan didirikan atau kapan atau tidak, tapi apa alternatifnya? Dan saya pikir kami sebenarnya telah melakukan pembicaraan yang cukup konstruktif mengenai arah hal ini,” kata pejabat tersebut.

Jake Sullivan mengatakan bahwa pemerintahan Tepi Barat dan Jalur Gaza perlu dihubungkan di bawah Otoritas Palestina yang “dirubah dan direvitalisasi”.

 “Pada akhirnya, pemerintahan di Tepi Barat dan Gaza perlu terhubung. Dan hal ini perlu dihubungkan di bawah Otoritas Palestina yang dirubah dan direvitalisasi,” katanya.

Ketika ditanya apa maksudnya, Sullivan menjawab: “Hal ini memerlukan konsultasi intensif terlebih dahulu dengan pihak Palestina, dan juga dengan pemerintah Israel. Namun hal ini memerlukan reformasi, memerlukan pembaruan mengenai cara Otoritas Palestina mendekati pemerintahan.”

“Hal ini memerlukan partisipasi negara-negara lain di kawasan untuk menyumbangkan sumber daya keuangan dan bentuk dukungan lainnya,” tambahnya. (Reuters/ToI/Al Arabiya)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home