Patriark Ekumenis Ortodoks Dukung Kedaulatan Ukraina
Dia mengungkapkan itu dalam Misa yang menandai tiga tahun Ukraina menghadapi invasi Rusia.

ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM-Tokoh utama dalam Kekristenan Ortodoks Timur pada hari Minggu (23/2) menyatakan bahwa “kedaulatan Ukraina tidak dapat diperdebatkan, juga tidak dapat dinegosiasikan dengan kedok diplomasi,” saat ia merayakan Misa di Istanbul, Turki, pada malam peringatan tiga tahun perang Rusia di Ukraina.
Patriark Ekumenis Bartholomew dari Konstantinopel, yang dianggap sebagai “yang pertama di antara yang sederajat” dalam Ortodoksi Timur, mengatakan setiap perjanjian damai di masa depan “harus memasukkan Ukraina sebagai peserta yang setara.”
Ia memuji Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, atas “upayanya yang tak kenal lelah” untuk mempertahankan kemerdekaan negara itu.
Sebagian besar warga Ukraina mengidentifikasi diri sebagai penganut Kristen Ortodoks, meskipun negara itu masih terbagi antara gereja independen yang berpusat di Kiev dan gereja lain yang berpihak pada Moskow.
Bartholomew, yang secara konsisten menunjukkan dukungannya terhadap Ukraina sejak perang dimulai, mengakui Gereja Ortodoks Ukraina sebagai gereja yang independen dari Moskow pada tahun 2019 — sebuah langkah yang mendorong Patriark Rusia Kirill dan Gereja Ortodoks Rusia untuk memutuskan kontak.
“Tidak ada kekuatan yang dapat memadamkan semangat orang-orang yang menolak untuk dipatahkan,” kata Bartholomew dalam khotbahnya di sebuah Misa yang dihadiri oleh kerabat dan teman-teman tentara Ukraina yang hilang atau diyakini ditawan Rusia. “Tidak ada bangsa yang berhak memaksakan kehendaknya kepada bangsa lain, dan tidak ada kekuatan yang dapat menghapus sejarah suatu bangsa.”
Ibadah itu mengundang air mata dari para peserta Ukraina. Di antara mereka adalah Tetiana Tantsiura, yang suaminya Oleg Naradko, seorang prajurit di Brigade Mekanik ke-115 Ukraina, hilang dalam pertempuran pada Juli 2022.
"Sulit untuk membicarakannya," kata Tantsiura kepada Associated Press, "Dia menghilang pada Juli 2022. Hingga saat ini, tahun ini, saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya berharap dia masih hidup, dan dia akan kembali ke Ukraina."
Meskipun Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mencoba membenarkan invasi Ukraina sebagian sebagai pembelaan terhadap Gereja Ortodoks yang berorientasi ke Moskow, para pemimpin dari kedua faksi Ortodoks Ukraina — dan minoritas Katolik yang signifikan di negara itu — telah mengutuk keras perang tersebut.
Konsul jenderal Ukraina untuk Istanbul, Nedilskyi Roman, berterima kasih kepada patriark atas dukungan "pribadi dan spiritual"-nya kepada Ukraina.
"Doa-doa Anda telah memberi kami kekuatan untuk berdiri dan melawan musuh yang berbahaya selama tiga tahun. Terima kasih atas dukungan pribadi dan spiritual Anda kepada jutaan warga Ukraina di seluruh dunia yang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan nyawa anak-anak mereka,” kata Roman. (AP)
Editor : Sabar Subekti

KPK Lelang 203 Barang Sitaan Kasus Korupsi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melelang 203 barang rampasan dari berb...