Patriark Maronit Dukung Reformasi Lebanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Patriark Gereja Maronit Lebonon, Kardinal Mar Beshara Boutros Rahi, menyambut pidato Presiden Michel Aoun yang berbicara secara terbuka dan terus terang kepada rakyat Libanon, menurut sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita nasional NNA, hari Kamis (24/10).
Pernyataan itu menyebutkan bahwa Patriark Rahi memuji ajakan Presiden Aoun untuk dialog yang konstruktif dengan para pemrotes dan berjanji untuk memerangi korupsi, menyelamatkan situasi ekonomi dan keuangan, memulihkan uang curian dan menghapus kerahasiaan perbankan untuk kekebalan politisi.
Rahi menyampaikan harapan bahwa semua pihak yang peduli untuk Lebanon akan bekerja sama dengan Presiden untuk reformasi itu.
Menurut pernyataan itu, Patriark mendukung seruan Aoun untuk mempertimbangkan kembali status pemerintah saat ini melalui metode konstitusional yang efektif.
Rahi juga menyerukan dibentuk kabinet mini yang netral. Menurut dia, protes rakyat telah mulai membuahkan hasil.
Menentang Pimpinan Hizbullah
Protes rakyat pada pemerintah atas pemerintah yang tidak efektif dan korupsi sehingga menimbulkan krisis ekonomi telah berlangsung dalam sembilan hari. Protes ini dilakukan oleh hampir semua kelompok dan sekte di Lebanon.
Para pejabat Lebanon, termasuk pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada awalnya tampil mendukung tuntutan rakyat tersebut, kendati ada permintaan agar pemerintah mengundurkan diri. Tetapi pada hari Senin (21/10), pendukung partai Hizbullah dan Amal Syiah yang didukung Iran turun ke jalan dan mengecam protes sambil mengibarkan bendera kedua partai.
Namun di luar aksi itu, warga Syiah di Lebanon tampaknya menantang otoritas pemimpin tradisional mereka, Nasrallah dan kepala pemimpin Amal Syiah, Nabih Berri, dengan tetap bergabung dalam protes rakyat, seperti dilaporkan Al Arabiya.
Disebutkan bahwa pidato akhir pekan Nasrallah membuat marah banyak orang Lebanon, termasuk pendukungnya sendiri. Pada hari Sabtu, Nasrallah menyatakan bahwa prots massa yang besar itu "buang-buang waktu."
"Saya tidak merasakan bahwa dia (Nasrallah) berdiri bersama kami," kata Safi, 35 tahun, di Burj al-Barajneh, di mana Hezbollah dan Amal Syiah mempertahankan kehadiran mereka, bahkan dengan pasukan bersenjata.
“Saya pikir dia akan memberi tahu kami untuk pergi protes lagi; tidak tinggal di rumah dan tetap dengan status quo. Saya merasa tertipu. Saya tidak bisa turun ke jalan-jalan di lingkungan saya karena saya pasti akan dilecehkan," katanya sperti dikutip Al Arakbiya.
Para analis di Lebanon juga melaporkan sentimen ini di seluruh aksi protes, termasuk di daerah yang didominasi Syiah di Lebanon bagian selatan.
"Kami melihat pernyataan yang melawan (Hassan) Nasrallah dan (Nabih) Berri,” kata jurnalis di Beirut, Joseph Habboush kepada Al Arabiya.
“Di Selatan, orang tidak pernah keluar dengan terang-terangan dan menuduh (Nabih Berri) korupsi ... (tetapi sekarang) mengatakan kami lapar karena kamu. Kami melihat video orang-orang pemrotes (Amal Syiah) di Selatan,” tambahnya.
Dilaporkan bahwa para pengunjuk rasa di Beirut juga menyatakan solidaritas dengan warga kota Sour di selatan, di mana para pengunjuk rasa dilaporkan telah diserang oleh orang-orang yang berafiliasi dengan Amal Syiah dan Hizbullah.
Di Burj al-Barajneh, warga berusia 47 tahun yang menolak disebutkan namanya karena takut, mengatakan "Kullun yaani Kullun" (semuanya berarti semuanya), yang merujuk pada seruan agar seluruh orang pemerintah mundur.
"Partai tidak lagi menyajikan hal yang benar," katanya, dan menunjuk Hizbullah. “Mereka terlibat dalam perang dan menghabiskan semua sumber dayanya untuk itu. Lalu apa sebenarnya yang harus saya pertahankan?”
Editor : Sabar Subekti
1.100 Tentara Korea Utara Jadi Korban dalam Perang Rusia-Ukr...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 1.000 prajurit Korea Utara tewas atau terluka dalam perang Rusia d...