Patriark Maronit Minta Pemerintah Lebanon Segera Bebaskan Pendeta Maoussa El-Hage
Dia ditangkap karena membawa uang dan obat-obatan dari keluarga Lebanon di Israel untuk Keluarga.
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Patriark Gereja Maronit, Bechara Boutros al-Rahi, menyatakan kemarahan atas perlakuan terhadap pendeta Maronit dan menuntut agar pemerintah Lebanon memenuhi tuntutan gereja.
Dia mengatakan dalam khotbah hari Minggu tentang Uskup Agung Maronit Haifa dan Tanah Suci, Moussa El-Hage, yang dilaporkan ditahan pemerintah baru-baru ini karena membawa uang dan bantuan dari orang-orang Lebanon yang tinggal di Israel kepada kerabat mereka di Lebanon.
Uskup agung itu secara teratur melakukan perjalanan antara Lebanon dan Israel di bawah pengaturan khusus yang dibuat untuk pendeta Kristen, tetapi penangkapan ini adalah pertama kalinya, dan dia ditahan dalam proses tersebut. Laporan media Lebanon mengindikasikan dia membawa uang dan obat-obatan dari Israel.
Hakim Fadi Akiki, yang bertanggung jawab kasus tersebut, mengatakan kepada surat kabar Lebanon Annahar bahwa uskup agung itu membawa uang sekitar US$460.000, menambahkan bahwa dana tersebut berasal dari orang-orang yang tinggal di Israel, "yang sebagian besar bekerja untuk kepentingan musuh."
Hakim menekankan bahwa uang itu tunduk pada hukum Lebanon mengenai segala sesuatu yang masuk ke Lebanon dari Israel. "Saya menghormati gereja, tetapi ada undang-undang yang memboikot Israel dan itu adalah tugas saya sebagai hakim untuk menerapkannya," kata Akiki.
Hakim menambahkan bahwa uskup agung tidak ditangkap dan hanya menjalani pemeriksaan di persimpangan yang harus dilalui setiap orang yang menggunakan penyeberangan, termasuk pejabat PBB.
Pada hari Minggu, Patriarck Rahi menuntut para pejabat untuk memperbaiki situasi, dengan menyatakan "Apa yang terjadi dengan Uskup Agung Moussa El-Hage merupakan ujian kemampuan mereka yang bertanggung jawab untuk mengakhiri serangan terhadap Gereja Maronit... Beberapa mengeluh tentang gangguan terkadap kelompok sekte di negara bagian, sehingga negara menyerang sekte pendiri dan seorang ulama yang terkenal karena kesalehannya dan melayani orang-orang, yang seharusnya dihormati oleh negara dalam pergerakannya antara Lebanon dan keuskupannya."
Dia menolak klaim bahwa transfer dana dari warga Lebanon di Israel ke kerabat mereka di Lebanon dianggap "bekerja dengan musuh." Patriark Maronit menekankan bahwa "kami menegaskan sekali lagi bahwa 'bekerja' dengan negara musuh tidak pernah menjadi bagian dari budaya, spiritualitas dan martabat kami."
“Kami adalah yang pertama menghormati dan membela hukum, jadi kami meminta pihak berwenang untuk menghormati dan mematuhinya. Kami adalah yang pertama menghormati peradilan dan membelanya, tetapi kami meminta hakim dan pejabat peradilan untuk menghormati kesucian peradilan, dan membebaskannya dari kejahatan dan ketergantungan pada kekuatan politik dan sektarian," kata Rahi.
Sang patriark menuntut para pejabat mengembalikan telepon dan paspor El-Hage, serta dana dan obat-obatan yang dibawanya ke Lebanon dari Israel. Rahi juga menuntut para pejabat berhenti menyebut warga Lebanon yang tinggal di Israel sebagai "agen" dan menuntut para pejabat memastikan bahwa uskup agung dapat bergerak antara Israel dan Lebanon tanpa ditahan atau digeledah.
“Jika pejabat itu tidak memenuhi tuntutan ini, mereka akan menyebabkan kejahatan besar bagi keuskupan kita di Tanah Suci, karena mereka mencegah uskupnya pergi ke sana, dan membuatnya seolah-olah itu kosong, dan ini adalah masalah serius bagi yang akan dimintai pertanggungjawabannya," kata Rahi.
Patriark Maronit mengutuk bentrokan antara kelompok Kristen dan Hizbullah
Patriark Maronit itu juga merujuk pada bentrokan antara anggota Hizbullah dan penduduk Kristen di kota Rmeish, menyerukan layanan keamanan untuk melindungi penduduk dan menjamin kebebasan mereka untuk bekerja di tanah mereka. Rahi menekankan bahwa menurut Resolusi DK PBB 1791, tidak boleh ada angkatan bersenjata di daerah itu.
Pada Jumat malam, bentrokan pecah antara anggota Hizbullah dan warga Rmeish setelah warga mulai menebang pohon di daerah yang dilaporkan dekat pos milik gerakan teroris. Wartawan yang berafiliasi dengan Hizbullah menyalahkan partai Pasukan Kristen Lebanon atas insiden tersebut, mengklaim bahwa partai tersebut datang untuk menebang pohon. Pasukan Lebanon menolak klaim tersebut.
IDF telah berulang kali memperingatkan bahwa Hizbullah menggunakan organisasi lingkungan Green Without Borders sebagai kedok untuk kegiatannya di dekat perbatasan. Organisasi ini dikenal menanam pohon di Lebanon selatan.
Pada Agustus 2017, kepala Green Without Borders, Zouheir Nahle, mengatakan kepada The Daily Star bahwa pohon-pohon yang ditanam organisasi itu adalah "bayangan perlawanan" dan "selubung di mata musuh." Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyatakan pada tahun 2010 bahwa menanam pohon sangat membantu Hizbullah karena pasukan dapat menggunakan pohon untuk bersembunyi. (TJP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...