Loading...
RELIGI
Penulis: Aninda Cakrawarti 17:01 WIB | Sabtu, 06 Juli 2024

Patung Kontroversial Bunda Maria Melahirkan Yesus di Katedral Austria Dirusak

Patung seorang perempuan Amazon yang sedang hamil ditemukan saat jemaat sinode Amazon menghadiri doa pembukaan di Basilika St. Peter di Vatikan, pada Senin, 7 Oktober 2019. Para pelaku vandalisme telah memenggal kepala patung yang merupakan pahatan Bunda Maria melahirkan Yesus, pada pameran di salah satu katedral di Linz, Austria, yang menuai banyak kritik dari beberapa umat Katolik yang merasa bahwa patung tersebut merupakan penghinaan terhadap Tuhan. (Foto: dok. AP/Andrew Medichini)

KOTA VATIKAN, SATUHARAPAN.COM-Para pelaku vandalisme telah memenggal kepala patung yang merupakan pahatan Bunda Maria melahirkan Yesus, pada pameran di salah satu katedral di Linz, Austria, yang menuai banyak kritik dari beberapa umat Katolik yang merasa bahwa patung tersebut merupakan penghinaan terhadap Tuhan.

Menurut pernyataan salah satu uskup di Linz, patung tersebut telah dipajang di katedral terbesar di Austria, St. Mary, sebagai bagian dari instalasi seni dalam proyek mengenai peran perempuan dalam kekeluargaan dan kesetaraan jender. Ia menambahkan bahwa setelah insiden yang terjadi pada hari Senin (1/7) itu telah dilaporkan ke polisi.

Identitas dari pelaku tindakan vandalisme belum diketahui. Namun Alexander Tschugguel, seorang penganut Katolik di Austria, bertangunggjawab atas tindakan vandalisme ‘Pachamama’ yang ia lakukan selama masa sinode Vatikan periode 2019. Dikatakan dalam sebuah unggahan media sosial pada Selasa, 2 Juli 2024 bahwa ia telah dihubungi oleh pihak berwenang.

Tschugguel memuji seorang ‘Pahlawan Linz’ dan mengunggah sebuah pernyataan dari seorang pelaku vandalisme anonim yang telah menjadi motivasinya. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa pesan surel dan panggilan kepada para uskup berisikan komplain mengenai patung tersebut telah terabaikan.

“Oleh karena itu, dengan adanya karikatur yang mengerikan dan penuh penghinaan ini, perlu dilakukan tindakan yang mendesak,” tertulis dalam pernyataan tersebut, menambahkan bahwa ‘pemenggalan’ adalah cara tercepat untuk merusak patung tersebut sehingga tidak lagi terlihat dan menggambarkan seorang Bunda Maria.

Vikaris episkopal di bidang pendidikan, seni, dan budaya di keuskupan Linz, Pendeta Johann Hintermaier, tidak menyukai terjadinya pemenggalan patung tersebut.

“Kami sadar bahwa kami telah memancing adanya perdebatan dengan instalasi ini. Jika kami telah melukai perasaan penganut agama tertentu, kami memohon maaf, tetapi saya tidak bisa membenarkan adanya tindak kekerasan seperti ini, dan menolak untuk berdialog tentang penyerangan kebebasan seni yang telah terjadi,” ujarnya yang dikutip oleh pihak keuskupan.

Patung tersebut berada di atas podium di tengah ruangan di dalam katedral, menggambarkan Bunda Maria sedang duduk di atas batu dan sedang melahirkan. Pihak uskup mengatakan hal itu merujuk kepada adegan kelahiran Yesus di dalam katedral, yang juga dikenal sebagai ‘Mariendom’.

Menurut pernyataan dari keuskupan Linz, pemahat yang membuat patung tersebut, Esther Strauss, juga tidak menyukai adanya tindak perusakan yang terjadi.

“Hampir semua potret Bunda Maria dibuat oleh laki-laki dan seringnya digunakan untuk menyajikan kepentingan patriarki,” katanya, kemudian menambahkan bahwa dalam patung yang ia buat, Bunda Maria ‘mendapatkan tubuhnya kembali’.

“Siapapun yang melepas kepala dari patung tersebut sangatlah brutal,” ujar Strauss. “Bagi saya, kekerasan ini adalah bukti nyata dari fakta bahwa di luar sana masih banyak orang yang mempertanyakan hak perempuan atas tubuh mereka. Kita hanya perlu mengambil sikap yang tegas untuk melawan hal ini.”

Tschugguel dianggap sebagai pahlawan di antara penganut Katolik tradisional pada 2019, ketika ia menyelinap ke dalam gereja di area Vatikan, mencuri patung perempuan Amazon yang sedang hamil, dan membuangnya ke dalam Sungai Tiber dalam sebuah rekaman yang tersebar dengan cepat secara daring.

Para delegasi Amazon yang hadir dalam sinode atau pertemuan Paus Fransiskus membawa patung-patung tersebut bersama mereka menuju Roma dan memajangnya di taman-taman Vatikan selama doa pembuka pertemuan tersebut, yang membahas tentang bagaimana gereja Katolik baiknya melayani umat pribumi di wilayah tersebut. Para kritikus menyampaikan protes bahwa memajang ‘berhala kafir’ di Vatikan merupakan tindakan tidak senonoh.

Kejadian ini kemudian dikenal sebagai insiden Pachamama, dinamai berdasarkan salah satu patung yang melambangkan kesuburan, yang juga terlibat dalam insiden tersebut dan merupakan bukti nyata sejauh mana umat Katolik konservatif dan tradisionalis bersedia menunjukkan penentangan mereka terhadap paus Amerika Latin pertama dalam sejarah.

Pada akhirnya, kepolisian Italia mengangkat patung tersebut dari dalam sungai dan mengembalikannya ke Vatikan. Paus Fransiskus meminta maaf kepada delegasi Amazon, dan patung tersebut dipajang pada sesi penutupan sinode. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home