Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 12:09 WIB | Selasa, 27 Agustus 2024

Paus Akan Kunjungi Masjid Istiqlal di Jakarta, Pemberhentian Pertama Perjalanan di Asia

Seorang pria berjalan di Masjid Istiqlal setelah salat Jumat di Jakarta, Indonesia, hari Jumat, 9 Agustus 2024. (Foto: dok. AP/Tatan Syuflana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Ketika Paus Fransiskus memulai lawatannya ke Asia pekan depan, salah satu pemberhentian awalnya adalah di Masjid Istiqlal yang ikonik di Jakarta, Indonesia.

Pimpinan Gereja Katolik berusia 87 tahun itu akan mengadakan pertemuan lintas agama dengan perwakilan dari enam agama yang diakui secara resmi di negara itu karena negara Asia Tenggara yang berpenduduk padat itu menghadapi tantangan yang semakin besar terhadap citranya yang toleran.

Fransiskus, yang telah menderita banyak masalah kesehatan dan semakin bergantung pada kursi roda, memiliki jadwal yang padat selama kunjungannya ke empat negara. Ia akan memulai perjalanannya di Jakarta pada 3 September, di mana ia akan bertemu dengan Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Di Masjid Istiqlal, seorang Yesuit Argentina yang dikenal mempromosikan dialog keagamaan itu akan bertemu dengan delegasi dari Islam, Buddha, Konghucu, Hindu, Katolik, dan Protestan. Konstitusi Indonesia mengakui dua agama terakhir sebagai agama yang terpisah. Sekitar 87% dari 280 juta penduduk negara ini beragama Islam, namun, negara ini memiliki populasi Kristen terbesar ketiga di Asia setelah Filipina dan China. Hanya 2,9% dari total populasi beragama Katolik.

Masjid Istiqlal, yang berarti kemerdekaan dalam bahasa Arab, adalah yang terbesar di Asia Tenggara, meliputi lebih dari sembilan hektare. Namanya adalah pengingat konstan perjuangan negara itu melawan penjajah Belanda.

Di seberang masjid tersebut terdapat Katedral Katolik Roma neo-Gotik Our Lady of The Assumption di Jakarta. Kedekatan kedua rumah ibadah tersebut merupakan simbol bagaimana agama dapat hidup berdampingan secara damai, menurut situs web resmi.

Masjid dan katedral dihubungkan oleh jalan bawah tanah yang dikenal sebagai "Terowongan Persahabatan," panjangnya sekitar 28 meter dan dibentuk seperti gerakan jabat tangan untuk melambangkan toleransi beragama. Paus diperkirakan akan berjalan melalui terowongan tersebut.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, mengatakan kepada The Associated Press bahwa keputusan Fransiskus memilih Indonesia sebagai tempat pemberhentian pertama kunjungannya ke Asia membuat "komunitas Muslim bangga." Ia juga mengatakan bahwa mereka akan memanfaatkan kunjungan Paus "untuk membahas kesamaan antara komunitas agama dan menekankan kesamaan antara agama, suku, dan kepercayaan."

Umar mengakui bahwa "masyarakat yang semakin plural" seperti Indonesia dapat menghadapi lebih banyak tantangan, "tetapi kita perlu tahu bahwa kita hidup bersama di bawah Tuhan."

Meskipun konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama, selama beberapa tahun terakhir, persepsi Indonesia sebagai negara Muslim moderat telah dirusak oleh intoleransi yang merajalela, mulai dari pemenjaraan gubernur Jakarta yang beragama Kristen karena penistaan ​​agama, yang mengakibatkan serangkaian protes pada tahun 2016, hingga hukuman cambuk terhadap pria gay di Aceh, provinsi yang menjalankan hukum Syariah Islam versinya sendiri.

Ada juga laporan tentang kekerasan terhadap minoritas agama, dan beberapa kelompok agama tidak dapat memperoleh izin mendirikan bangunan untuk tempat ibadah.

Sementara itu, Cantika Syamsinur, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang baru saja selesai salat di Masjid Istiqlal dan sedang dalam perjalanan menuju katedral, mengatakan bahwa ia menyambut baik kunjungan Paus dan pertemuan lintas agama tersebut. “Ada banyak agama di Indonesia dan saya harap kita saling menghormati.”

Fransiskus akan menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia. Perjalanan tersebut awalnya direncanakan untuk tahun 2020 tetapi dibatalkan karena pandemi COVID-19.

“Empat tahun penantian itu cukup lama,” kata Susyana Suwadie yang mengepalai museum katedral, seraya menambahkan bahwa ia diliputi emosi saat menunggu kunjungan Paus. “Momen bersejarah yang penting ini akhirnya terjadi.”

Sebagian berharap pertemuan antar agama Paus akan mendorong perubahan di tingkat akar rumput.

Thomas Ulun Ismoyo, seorang Pendeta Katolik yang juga juru bicara Komite Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia, mengatakan bahwa para pemimpin agama di Indonesia memainkan peran yang sangat penting karena massa mendengarkan mereka. Ia berharap kunjungan Paus “akan menghasilkan sesuatu yang baik” dan mengadvokasi dunia yang lebih baik di mana kemanusiaan dan keadilan sosial dihargai.

Andi Zahra Alifia Masdar, seorang mahasiswa berusia 19 tahun di Jakarta, setuju: “Kita bisa lebih menerima satu sama lain, lebih toleran, dan mampu hidup berdampingan, tidak selalu berselisih.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home