Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 09:55 WIB | Sabtu, 21 September 2024

Paus Buat Pendekatan Baru ke China: Beijing Adalah “Janji dan Harapan” bagi Gereja

Paus Fransiskus mengadakan konferensi pers di atas pesawat kepausan dalam penerbangannya kembali setelah perjalanan 12 hari melintasi Asia Tenggara dan Oseania, Jumat, 13 September 2024. (Foto: Guglielmo Mangiapane/pool via AP)

VATIKAN, SATUHARAPAN.COM-Paus Fransiskus menyatakan pada hari Jumat (13/9) bahwa China adalah "janji dan harapan" bagi Gereja Katolik, memberikan pujian yang luas bagi Beijing di akhir tur empat negara melalui Asia dan sekali lagi menyatakan harapan untuk kunjungan suatu hari nanti.

Komentar Fransiskus, selama konferensi pers dalam penerbangan dalam perjalanan pulang dari Singapura, muncul saat Vatikan memasuki pekan-pekan terakhir negosiasi untuk memperbarui perjanjian 2018 atas masalah nominasi uskup yang kontroversial.

Fransiskus menyatakan dirinya "senang" dengan proses tersebut, dengan mengatakan kedua belah pihak terlibat dalam negosiasi dengan semangat niat baik. "Saya senang dengan dialog dengan China," katanya. "Hasilnya bagus."

“Bagi saya, China adalah ilusi, dalam artian saya ingin mengunjungi China,” katanya. “Negara yang hebat. Saya mengagumi China. Saya menghormati China. China adalah negara dengan budaya milenial, dengan kapasitas untuk berdialog dan memahami yang melampaui sistem demokrasi lainnya.”

Vatikan telah berupaya selama bertahun-tahun untuk mencoba memperbaiki hubungan dengan China yang secara resmi terputus lebih dari tujuh dekade lalu ketika Komunis berkuasa. Tujuannya adalah untuk menyatukan sekitar 12 juta umat Katolik di negara itu, yang terbagi menjadi gereja resmi yang diakui negara dan gereja bawah tanah yang tetap setia kepada Roma.

Hubungan telah lama terhambat karena desakan China atas hak eksklusifnya untuk menunjuk uskup sebagai masalah kedaulatan nasional, sementara Vatikan bersikeras atas hak eksklusif Paus untuk menunjuk penerus para Rasul asli.

Kesepakatan tahun 2018 berupaya menemukan jalan tengah, meskipun Vatikan telah menandai pelanggaran berulang dan Roma telah mengakui bahwa itu adalah kesepakatan yang buruk tetapi satu-satunya yang bisa didapatkannya.

Perjanjian itu ditandatangani pada saat China memperketat kontrol terhadap semua agama, terutama Kristen dan Islam, yang dipandang sebagai impor asing dan penantang potensial terhadap otoritas Komunis.

Tahta Suci di bawah pimpinan Fransiskus telah berupaya keras untuk memperluas pendekatannya ke China. Namun, posisinya telah menuai kritik terutama dari kaum konservatif Amerika, yang menuduh Vatikan mengkhianati umat beriman yang telah dipaksa bersembunyi.

Namun, Fransiskus tetap optimis dan tampak bersyukur atas kesempatan untuk berbicara tentang China sekembalinya dari Asia, wilayah tempat Beijing memegang begitu banyak pengaruh.

“Saya pikir China adalah janji dan harapan bagi gereja,” tambahnya. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home