Paus Fransiskus dan Tuduhan Marxisme
ROMA, SATUHARAPAN.COM - Paus Fransiskus telah menjadi berita utama dalam beberapa pekan terakhir karena kritiknya pada teori ekonomi “trickledown effect” atau efek menetes yang disebutnya tidak adil kepada orang miskin. Dan dia tidak menghiraukan kritik dari kalangan politik konservatif yang menyebutnya sebagai seorang Marxis.
"Ideologi Marxis yang salah," kata Paus Fransiskus di surat kabar berbasis di Turin, Italia, La Stampa yang dirilis akhir pekan ini. "Tapi saya telah bertemu banyak Marxis dalam hidup saya, mereka adalah orang-orang yang baik. Jadi, saya tidak merasa tersinggung,” kata dia.
Bulan lalu Paus membuat kontroversi dengan mengeluarkan manifesto resmi kepausan untuk pertama kali. Dia antara lain menyampaikan nasihatnya yang keras pada kapitalisme. Hal itu yang antara lain oleh Rush Limbiugh dikecam sebagai "Marxisme murni.”
Namun dalam wawancara, Paus mengatakan, "Sama seperti perintah “Jangan membunuh” yang menetapkan batas yang jelas untuk menjaga nilai kehidupan manusia. Hari ini kami juga harus mengatakan “engkau tidak” untuk pengucilan dan ketidaksetaraan ekomoni," tulis Paus pada bulan November.
"Ekonomi semacam itu membunuh. Bagaimana bisa, ketika seorang tunawisma tua meninggal tidak menjadi berita, tetapi ketika pasar saham kehilangan dua poin menjadi berita?" kata dia.
Paus Fransiskus mengatakan kepada La Stampa bahwa dia tidak berusaha untuk mendobrak teori ekonomi teknis. Dia hanya mencoba untuk menunjukkan tentang hasilnya.
Gelasnya Membesar
"Dijanjikan bahwa ketika gelas itu penuh, akan meluap, memberi keuntungan bagi orang miskin," kata Paus kepada La Stampa. "Tapi apa yang terjadi sebaliknya. Bahwa ketika gelas penuh, secara ajaib gelas akan lebih besar, tidak pernah meluap keluar bagi masyarakat miskin. Saya tidak, saya ulangi, berbicara dari sudut pandang teknis, tetapi menurut ajaran sosial gereja. Ini tidak berarti menjadi seorang Marxis."
Paus kelahiran Argentina itu mendapatkan reputasi untuk kerendahan hati dan komitmen kepada orang miskin, jauh sebelum menjadi pemimpin tertinggi gereja katolik di Vatikan.
Pekan lalu, dalam memilih Paus Fransiskus sebagai "Person of the Year" majalah Time memuji dia, karena membawa kepausannya keluar dari istana dan pergi ke jalan-jalan. Dia melakukan peran gereja terbesar di dunia itu untuk menghadapi kebutuhan yang paling dalam, dan untuk menyeimbangkan penghakiman dengan belas kasihan. (religionnews.com)
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...