Paus Fransiskus Gunakan Paskah untuk Serukan Perdamaian
Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, menyerukan Rusia mengumumkan gencatan senjata dan mundur dari Ukraina.
VATICAN CITY, SATUHARAPAN.CO9M-Pada hari yang seharusnya menjadi hari paling menyenangkan bagi Kekristenan, Paus Fransiskus membuat permohonan pada Minggu Paskah (hari Minggu, 17/4) yang menyedihkan untuk perdamaian dalam perang yang "tidak masuk akal" di Ukraina, dan dalam konflik bersenjata lainnya yang berkecamuk di dunia, dan menyrbut “risiko perang nuklir.
“Semoga ada perdamaian untuk Ukraina yang dilanda perang, yang sangat dicobai oleh kekerasan dan penghancuran perang yang kejam ,dan tidak masuk akal ini yang menyeretnya,” kata Paus Fransiskus, berbicara dari balkon tengah Lapangan Santo Petrus.
Paus baru saja selesai merayakan Misa Paskah di alun-alun yang dipenuhi umat untuk liburan untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai pada awal 2020. Tepuk tangan bergema dari 50.000 orang di alun-alun dan di jalan terdekat ketika dia menyebut Ukraina.
"Tolong, tolong, janganlah kita terbiasa dengan perang," pinta Fransiskus, setelah mencela "ketegangan saat orang menderita." Sekali lagi, Paus mengecam perang di Ukraina tanpa mengutip keputusan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang meluncurkan invasi dan serangan terhadap Ukraina pada 24 Februari.
“Mari kita semua berkomitmen untuk memohon perdamaian, dari balkon kita dan di jalan-jalan kita,” kata Paus Fransiskus. "Semoga para pemimpin negara mendengar permintaan orang-orang untuk perdamaian."
Dalam referensi yang jelas tentang ancaman perang nuklir, Fransiskus mengutip dari sebuah deklarasi oleh para ilmuwan pada tahun 1955: "'Haruskah kita mengakhiri umat manusia, atau akankah umat manusia meninggalkan perang?'"
Fransiskus juga menarik perhatian pada perang lain dalam pidatonya yang dikenal dengan nama Latinnya “Urbi et Orbi”, kepada kota dan dunia.
“Semoga konflik di Eropa juga membuat kita lebih peduli tentang situasi konflik, penderitaan dan kesedihan lainnya, situasi yang mempengaruhi terlalu banyak wilayah di dunia kita, situasi yang tidak dapat kita abaikan dan tidak ingin kita lupakan,” kata Paus Fransiskus.
Di antara konflik yang dikutip oleh Paus adalah yang terjadi di Timur Tengah. Dia mendesak perdamaian dan rekonsiliasi bagi rakyat Lebanon, Suriah dan Irak.
Dia juga menyebut Libya serta Yaman, “yang menderita konflik yang dilupakan oleh semua orang.”
Sebelumnya, Paus, yang memiliki masalah ligamen lutut, tertatih-tatih saat berjalan ke altar yang didirikan di depan Basilika Santo Petrus. Altar dinaungi oleh kanopi terhadap sinar matahari yang terik.
Tepat setelah Misa berakhir, Fransiskus berjabat tangan dengan para pejabat gereja, lalu naik mobil kepausan putih berputar-putar melintasi alun-alun untuk menyambut para simpatisan yang bersorak-sorai di antara umat beriman.
Dia melambai dan mengusap kepala bayi yang disodorkan padanya. Senyumnya saat menyapa orang banyak adalah tindakan langka akhir-akhir ini bagi paus, yang telah menggunakan banyak penampilannya dalam beberapa pekan terakhir untuk mengeluarkan kecaman yang suram tentang perang di Ukraina.
Pernyataan Uskup Agung Canterbury
Sementara itu, di London, Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, menyerukan agar Rusia mengumumkan gencatan senjata dan mundur dari Ukraina. Pemimpin gereja Anglikan itu mengatakan Paskah adalah waktu untuk perdamaian dan bukan "darah dan besi."
Memperhatikan bahwa di gereja Ortodoks Timur yang diikuti oleh banyak orang di Rusia dan Ukraina, hari Minggu menandai dimulainya Pekan Suci, dengan Paskah yang akan datang pada 24 April. Welby mendesak Rusia untuk menarik diri dari Ukraina dan berkomitmen untuk melakukan pembicaraan.
Dalam pernyataan politik yang luar biasa blak-blakan, Welby juga mengutuk rencana pemerintah Inggris baru-baru ini untuk mengirim kembali beberapa pencari suaka ke Rwanda sebagai tindakan yang bertentangan dengan Tuhan.
Cuaca hangat dan pelonggaran banyak pembatasan pandemi, termasuk apa yang telah menjadi persyaratan wajib masker luar ruangan bagi sebagian besar pandemi di Italia, telah melihat ledakan pariwisata di Roma, dengan banyak pengunjung membanjiri kota untuk upacara Pekan Suci yang memuncak pada Paskah.
Di Spanyol, orang percaya dan penggemar sekuler berbondong-bondong kembali dalam jumlah besar ke prosesi Pekan Suci pekan ini untuk pertama kalinya sejak awal pandemi setelah sebagian besar pembatasan kesehatan dicabut. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...