Paus Harapkan Tindakan Konkret dari KTT Pelecehan Seksual di Vatikan
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM — Paus Fransiskus telah membuka KTT Vatikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentang apa yang disebutnya “luka pelecehan seksual yang dilakukan oleh para rohaniwan Gereja”. Para pejabat Vatikan menyebut pertemuan itu “pengalaman yang berpengaruh dan intens bagi semua yang hadir”.
Doa-doa dan kesaksian video dari lima orang penyintas pelecehan seksual yang tidak disebut identitasnya dari berbagai benua, seperti dilaporkan Sabina Castelfranco untuk VOA, membuka pertemuan. Para korban itu menceritakan pengalaman traumatis mereka.
Pada keterangan singkat Vatikan setelah sesi pembukaan, Pastor Hans Zollner, presiden pusat perlindungan anak di bawah umur, mengatakan kesaksian itu “brutal, jujur, dan tidak ada yang ditutupi”.
Uskup Agung Malta, Charles Scicluna, penyelidik utama Vatikan untuk pelecehan seksual, mengatakan suara-suara yang mereka dengar itu emosional dan kuat.
“Untuk memahami gawatnya situasi, kita perlu mendengarkan para korban, menemui mereka, karena itu adalah ranah suci,” katanya.
Paus memanggil para uskup dari seluruh dunia untuk berkumpul membahas apa yang telah menjadi krisis paling serius dan skandal Gereja Katolik, pelecehan seksual yang dilakukan oleh anggota klerus (para pastor gereja Katolik).
Paus Fransiskus mengatakan Gereja harus “mendengarkan seruan anak-anak kecil yang mencari keadilan”.
Dalam pernyataan pembukaannya, Paus Fransiskus mengatakan kepada orang-orang yang berkumpul bahwa Umat Allah yang kudus berpaling kepada kita bukan mengharapkan “kutukan biasa dan dapat diprediksi, tetapi tindakan konkret dan efektif yang harus dilakukan”.
Kardinal Filipina Luis Tagle adalah orang pertama yang berpidato dalam pertemuan sekitar 200 peserta di aula sinode Vatikan setelah Paus. Dia tersedak ketika mengatakan bahwa “luka telah ditimbulkan oleh kami, para uskup, terhadap para korban.”
“Kurangnya respons kita terhadap penderitaan para korban, bahkan sampai pada titik penolakan mereka dan menutupi skandal untuk melindungi para pelaku dan institusi yang telah melukai jemaat kita, meninggalkan luka yang parah dalam hubungan kita dengan orang-orang yang harus kita layani.”
Uskup Agung Scicluna, yang selanjutnya berbicara dalam pertemuan itu, mengatakan, “tugas kita adalah melindungi jemaat kita dan memastikan keadilan ketika mereka dilecehkan.” Dia menambahkan, “Kami akan melindungi mereka dengan segala cara.”
Scicluna menjelaskan bahwa gereja harus melihat dengan cermat bagaimana para imam dan uskup dipilih. Dia mengatakan, “Pertanyaan tentang penyaringan calon pastor pada masa depan tetap merupakan hal yang pokok.”
Menjelang pertemuan itu, para penyintas pelecehan seksual mengatakan mereka juga ingin melihat rohaniwan gereja yang dinyatakan bersalah karena melakukan atau menutupi pelecehan harus dipecat dari posisi mereka. (Voaindonesia.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...