Payung dan Golden Rule
Kami bisa meninggalkan barang-barang kami, bahkan untuk waktu yang lama… karena kami tahu, barang-barang kami aman, atau telah diamankan ke tempat yang aman.
SATUHARAPAN.COM – Jelang Desember ini terhitung telah dua tahun kami beribadah di gedung gereja baru, yang lebih luas, lebih tinggi, dan lebih megah, dari gedung gereja lama. Namun demikian, kenangan akan gedung gereja lama tempat kami beribadah dalam rentang belasan tahun masih terasa begitu hangat.…
Gedung lama, bukanlah gedung gereja yang sesungguhnya… hanya beberapa gabungan ruko sederhana yang difungsikan bagi warga jemaat untuk beribadah dan berkegiatan. Jumlah kami, para warga jemaat, belasan tahun silam, tentu saja, lebih sedikit… mungkin itu pula yang membuat kami saling mengenal, saling menjaga dan saling mengasihi….
Yang patut dibanggakan adalah keamanan di gedung gereja lama. Kami bisa meninggalkan barang-barang kami, bahkan untuk waktu yang lama… karena kami tahu, barang-barang kami aman, atau telah diamankan ke tempat yang aman. Barang itu pasti kembali kepada pemiliknya dalam keadaan utuh.
Namun, tidak demikian di gedung gereja baru kebanggaan kami… di sini urusan payung bisa menjadi runyam. Pada suatu sore berhujan deras, saya meninggalkan payung saya di depan ruang ibadah. Saya telah melupakan payung saya selepas ibadah, namun hujan yang masih tertumpah deras di luar membuat saya harus kembali… untuk mendapati… payung saya sudah raib!
Saya bertanya-tanya dan ditunjukkan tempat payung lost and found. Banyak payung tertinggal di sana, tetapi payung saya tidak ada. Saya berduka untuk payung besar, yang baru sekali-kalinya saya pakai itu….
Pada kesempatan lain… hujan kembali mengguyur bumi, orang-orang yang bubar kebaktian penuh sesak memenuhi lobi utama… Tetapi saya sudah mengetahui tempat payung lost and found yang payungnya bisa dipinjam… Saya segera mengambil salah sebuah payung dari sana dan melangkah menembus hujan, meninggalkan orang-orang yang masih menunggu hujan reda entah hingga kapan. Aha! Saya merasa sangat cerdik!
Tetapi, keesokan harinya saya tidak lagi merasa terlalu cerdik… telpon genggam yang saya tinggal untuk mengisi baterainya, melaporkan panggilan telpon bertubi-tubi dari nomor yang sama… ternyata payung yang saya bawa kemarin, bukan payung ketinggalan… pemiliknya mengira saya akan segera mengembalikannya beberapa saat kemudian…. Waduh…!
Segera saja saya mengembalikan payung tersebut… beserta cindera mata sekadarnya untuk menunjukkan betapa menyesalnya saya… Meskipun demikian, rasa menyesal dan rasa malu tidak juga mau berhenti membebani hati saya. Yah… saya tahu… saya telah melanggar Golden Rule… saya melakukan kepada orang lain perbuatan yang saya tidak inginkan diperbuat orang lain kepada diri saya.
Betapa rapuhnya hati yang ingin berbuat benar… banyak kali dia jatuh juga….
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
BRIN: Duri Landak dapat Jadi Gel Penyembuh Luka
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset terhadap manfaat ...