PBB: 137.000 Imigran Menuju Eropa dalam 6 Bulan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 137.000 orang melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Mediterania ke Eropa pada paruh pertama tahun 2015. Ini adalah migrasi terbesar orang melarikan diri perang, konflik dan penindasan, kata Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), hari Rabu (1/7).
Eropa dalam hidup dengan krisis pengungsimelalui laut terbesar dalam sejarah, katab badan PBB untuk pengungsi. Badan ini memperingatkan dalam sebuah laporan, menambahkan bahwa jumlah orang yang menyeberangi laut itu meningkat 83 persen dalam enam bulan pertama tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seperti dikutip kantor berita AFP.
Situasi ini diperkirakan akan terus memburuk dalam musim panas yang memungkinkan terjadi penyelundup lebih banyak orang melalui cara berbahaya, termasuk menggunakan perahu tua dan terjadinya perdagangan manusia yang tidak manusiawi.
Krisis imigrasi adalah masalah yang melanda Uni Eropa, di mana negara-negara anggota berdebat tentang cara terbaik untuk mengatasi perdagangan manusia, dan bagaimana membagi beban membantu pendatang baru. Para imigran banyak yang dalam kondisi sakit, kelaparan dan melarat.
Jumlah imigran yang di Italia dan Yunani melonjak, sebelum mereka menuju ke negara-negara Eropa Utara lainnya dengan harapan menemukan pekerjaan. Masalah ini juga memicu protes dan berkembang menjadi retorika anti asing di banyak negara.
Keputusan Brussel dipuji terkait distribusikan terhadap 40.000 pencari suaka dari Suriah dan Eritrea yang tiba di Eropa. Namun PBB menyerukan solidaritas yang lebih besar di antara negara-negara untuk membantu kedua migran.
Kepala badan pengungsi PBB (UNHCR), Antonio Guterres, menekankan bahwa sebagian besar dari mereka menempuh perjalanan berbahaya melintasi Mediterania, dan bukan migran dengan alasan ekonomi.
"Sebagian besar orang yang tiba melalui laut di Eropa adalah pengungsi, mencari perlindungan dari perang dan penganiayaan," kata dia dalam sebuah pernyataan.
Sepertiga dari mereka yang telah tiba melalui laut di Italia atau Yunani tahun ini berasal dari Suriah yang dilanda perang. Sebagian lagi melarikan diri dari kekerasan di Afghanistan dan menghindari rezim represif Eritrea, yang masing-masing sekitar 12 persen dari jumlah imigran.
Negara asl imigran juga termasuk dari daerah konflik di Somalia, Nigeria, Irak, dan Sudan, kata laporan itu.
Tahun ini juga telah memperlihatkan peningkatan tajam jumlah orang meninggal ketika mencoba menyeberangi Laut Mediterania. Sebanyak 1.867 orang tewas, dan 1.308 orang dari mereka di tewas pada bulan April saja.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...