PBB Gelar Pembicaraan Terkait Pelaksanaan Perjanjian Iklim Paris
MARRAKESH, SATUHARAPAN.COM - Pembicaraan PBB untuk melaksanakan perjanjian iklim Paris digelar di Marrakesh pada Senin (7/11), didorong oleh momentum namun masih terancam oleh kemungkinan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Para diplomat dari 196 negara menyempurnakan rencana menyelamatkan bumi di ibu kota Prancis pada Desember tahun lalu.
“Kami memungkinkan apa yang menurut orang lain tidak mungkin,” kata Menteri Lingkungan Hidup Prancis Segolene Royal di upacara pembukaan, ketika dia menyerahkan kepengurusan forum iklim kepada Menteri Luar Negeri Maroko Salaheddine Mezouar.
Royal mengumumkan bahwa 100 negara sudah meratifikasi Perjanjian Paris yang mulai berlaku pada Jumat lalu, sebuah rekor bagi perjanjian internasional.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan pesatnya laju perubahan iklim dan dampaknya -- peningkatan permukaan air laut, badai mematikan dan kebakaran hutan -- negara-negara di dunia bergerak cepat selama setahun terakhir untuk mengatasi masalah yang masih berkembang.
Namun, saat 15.000 negosiator, para CEO dan aktivis menetapkan perundingan 12 hari, semua mata tertuju pada Amerika Serikat, tempat Trump berpeluang terpilih menjadi presiden pada Selasa.
Jika menyangkut masalah pemanasan global, banyak yang dipertaruhkan, seperti yang diperingatkan Presiden Barack Obama.
Calon presiden dari Partai Republik itu tidak bisa melaksanakan ancamannya untuk “membatalkan” kesepakatan yang masih rapuh tersebut tapi kemenangan Trump bisa melumpuhkannya, kata para ahli di sana.
Lawannya, calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, berjanji akan menegakkan kebijakan energi Obama dan komitmen iklim dunia. (AFP)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...