PBB Gelar Perundingan Perubahan Iklim
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM – Topan dahsyat yang melanda Filipina bagian tengah pada Jumat (8/11) seharusnya membangunkan semua orang. Menteri Lingkungan Polandia Marcin Korolec menyerukan hal itu dalam pembukaan perundingan perubahan iklim yang diikuti 190 negara di Warsawa, ibu kota Polandia, pada Senin (11/11).
Dalam pembukaan konferensi itu, Kepala Urusan Iklim PBB Christina Figueres juga mengatakan sudah saatnya menjamin keamanan iklim untuk generasi-generasi mendatang.
Ribuan delegasi dari berbagai negara dan organisasi lingkungan di seluruh dunia, seperti diberitakan VOA, membicarakan iklim untuk meletakkan landasan bagi perjanjian baru untuk memerangi naiknya suhu bumi.
Perundingan PBB selama 12 hari itu berlangsung di tengah-tengah berbagai peringatan mengenai naiknya suhu bumi yang dapat menimbulkan bencana, jika umat manusia tidak mengurangi polusi atmosfer dengan penggunaan bahan bakar fosil.
Hasil pembicaraan dalam konferensi Warsawa itu dapat menjadi indikator mengenai peluang mencapai persetujuan baru mengenai naiknya suhu bumi pada 2015.
Ditentang Negara Kaya
BBC, dalam laporannya, mengatakan PBB mengharapkan kesepakatan baru mengenai perubahan iklim dapat dicapai sebelum 2015, tetapi kemajuan dalam perundingan diperkirakan tidak akan besar karena peserta lebih banyak terlibat dalam perdebatan prosedural.
Wartawan BBC masalah lingkungan Matt McGrath, melaporkan kalaupun mencapai kesepakatan, maka kesepakatan tersebut tidak akan seambisius perjanjian-perjanjian sebelumnya.
"Para delegasi di Warsawa paham kesepakatan global rumit dan harus dicapai sebelum 2015, tetapi meskipun muncul peringatan pekan ini tentang gas rumah kaca di atmosfer yang mencapai rekor tertinggi, pertemuan di Polandia kemungkinan tidak akan mencapai kemajuan besar," katanya.
Para delegasi, lanjutnya, tidak akan menyusun kesepakatan seperti hasil perundingan di Kopenhagen pada 2009 yang dianggap gagal.
Fokus dalam perundingan di Warsawa dipusatkan pada negara-negara yang menetapkan sendiri target pengurangan emisi yang harus dikaji negara-negara lain.
Namun, salah satu masalah besar yang muncul adalah keinginan negara-negara berkembang untuk mendapat perlindungan hukum dalam rangka mencari kompensasi atas dampak perubahan iklim di masa depan. "Hal itu ditentang keras oleh negara-negara kaya," lapor McGrath.
Sebelumnya, tim ilmuwan PBB yang tergabung dalam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengatakan mereka semakin yakin manusia adalah "penyebab utama" pemanasan global. Menurut IPCC, suhu bumi meningkat sejak 1950-an, yang tidak pernah terjadi sebelumnya selama berabad-abad.
“Kajian ilmiah kami menunjukkan atmosfer dan laut semakin panas, jumlah salju dan es berkurang," kata Qin Dahe, salah satu anggota IPCC yang menyusun laporan, seperti dikutip VOA.
Pemanasan global menyebabkan naiknya permukaan laut dan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, tambahnya di ibu kota Swedia, Stockholm, September lalu.
Profesor Thomas Stocker juga darti IPCC, mengatakan perubahan iklim mengancam dua sumber daya utama bagi manusia dan ekosistem, yakni tanah dan air. "Perubahan iklim mengancam planet kita, satu-satunya rumah kita," ia menegaskan.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...