PBB: Kekeringan Bunuh 1,5 Juta Ternak di Tanduk Afrika
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Kekeringan di Tanduk Afrika telah membunuh lebih dari 1,5 juta ternak dan secara drastis memotong produksi gandum, "dan kita sekarang berada di ambang malapetaka," kata seorang pejabat senior untuk Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, hari Senin (14/2).
Rein Paulsen, direktur kedaruratan dan ketahanan FAO yang kembali dari wilayah tersebut pada hari Jumat, mengatakan ada “jendela yang sangat kecil” untuk mengambil tindakan segera, dan kuncinya adalah apakah aka nada hujan panjang di kawasan itu antara bulan Maret dan Mei baik, dan apakah badan tersebut mendapat US$130 juta yang dibutuhkan sampai Juni.
Hujan singkat di wilayah itu, yang meliputi beberapa bagian Somalia, Ethiopia dan Kenya, seharusnya terjadi antara Oktober dan Desember tetapi "sangat buruk," katanya. “Dan ini mewakili musim hujan gagal ketiga berturut-turut dengan rata-rata hujan yang lebih rendah, yang semuanya berdampak parah pada rumah tangga yang rentan.”
Produksi Gandum Turun
Hasil dari kekeringan berarti bahwa produksi gandum secara keseluruhan untuk musim hujan terakhir di Somalia selatan diperkirakan 58 persen lebih rendah dari rata-rata jangka panjang, kata Paulsen. Di daerah pertanian di zona pesisir marjinal di bagian tenggara Kenya, “kami melihat produksi tanaman diperkirakan 70 persen di bawah rata-rata,” katanya.
Selain itu, sebagian besar tempat air yang biasanya tahan terhadap variabilitas iklim telah mengering di Kenya, katanya dalam konferensi pers virtual dari Roma.
Paulsen mengatakan dana US$ 130 juta sangat penting sekarang untuk menyediakan uang tunai bagi orang-orang untuk membeli makanan sampai produksi dilanjutkan, untuk menjaga ternak tetap hidup dan untuk menyediakan benih tahan kekeringan bagi petani untuk menuai panen.
“Kami memiliki kesempatan hingga pertengahan tahun ini, hingga Juni, yang merupakan waktu yang sangat sensitif, jendela sempit untuk tindakan mendesak untuk ditingkatkan guna mencegah skenario terburuk,” kata Paulsen. “Pertanian butuh perhatian lebih. Ini penting untuk kelangsungan hidup masyarakat yang terkena dampak kekeringan.”
Selama kunjungannya ke wilayah tersebut, Paulsen berkata: “Kami melihat bangkai ternak dan satwa liar di sisi jalan saat kami mengemudi. Kami melihat hewan mati bersama dengan petani mereka, dan jumlahnya menurut saya cukup mengejutkan.”
Di Kenya saja, 1,4 juta ternak mati pada akhir tahun lalu akibat kekeringan, dan di Ethiopia selatan, sekitar 240.000 ternak mati akibat kekeringan, katanya.
Paulsen mengatakan bahwa “sangat traumatis mengemudi melalui komunitas dan melihat petani merawat ternak saat mereka sekarat di pinggir jalan.”
Peternakan tidak hanya penting untuk mata pencaharian masyarakat, katanya, tetapi mereka menyediakan susu untuk anak-anak, dan FAO berfokus pada penyediaan makanan dan air yang mendesak untuk membuat mereka tetap hidup.
Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan pada 8 Februari bahwa kekeringan telah menyebabkan sekitar 13 juta orang di Tanduk Afrika menghadapi kelaparan parah di tengah kondisi terkering sejak 1981. Program ini mencari US$ 327 juta untuk memenuhi kebutuhan mendesak 4,5 juta orang di dalam enam bulan ke depan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...