PBB: Pembatasan Taliban Dorong Naiknya Kasus Bunuh Diri Perempuan Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Kasus bunuh diri dan ide bunuh diri ada “di mana-mana” bagi perempuan Afghanistan, karena mereka semakin terisolasi dan dibatasi, seringkali oleh kerabat laki-laki yang ditugaskan untuk menegakkan keputusan Taliban, kata ketua perempuan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) kepada Dewan Keamanan (DK) pada hari Selasa (26/9).
Sejak mereka kembali berkuasa pada tahun 2021, pemerintah Taliban telah menggunakan interpretasi kerasnya terhadap hukum Islam untuk mengikis hak-hak perempuan, melarang mereka bersekolah, menutup ruang publik seperti taman dan salon, dan menolak membiarkan mereka bekerja.
“Mereka mengatakan kepada kita bahwa mereka adalah tahanan yang hidup dalam kegelapan, terkurung di rumah mereka tanpa harapan atau masa depan,” kata Sima Bahous, direktur eksekutif UN Women, mengatakan kepada Dewan, sambil memperingatkan “tiga perubahan besar yang memerlukan perhatian segera kita.”
Pertama, katanya, kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan telah berkurang secara drastic, tidak hanya di tingkat nasional dan provinsi, namun juga di dalam komunitas, keluarga, dan terutama di dalam rumah mereka sendiri.
“Hal ini didorong oleh meningkatnya kemiskinan, penurunan kontribusi keuangan perempuan, penerapan norma jender yang terlalu patriarki oleh Taliban, dan semakin terisolasinya perempuan,” katanya.
Pergeseran kedua adalah bahwa selain daftar pembatasan yang terus bertambah, pembatasan tersebut “ditegakkan lebih sering dan lebih ketat, termasuk oleh anggota keluarga laki-laki, karena Taliban meminta mereka bertanggung jawab untuk menegakkan keputusan mereka,” katanya.
Dengan adanya pembatasan tersebut, terjadi peningkatan pernikahan anak dan pekerja anak, tambah Bahous.
Terakhir, kekhawatiran terhadap kesehatan mental di kalangan perempuan Afghanistan meningkat, katanya.
“Karena persentase perempuan yang bekerja terus menurun, 90 persen responden perempuan muda melaporkan kesehatan mental yang buruk atau sangat buruk, dan bunuh diri serta ide bunuh diri ada di mana-mana... Mereka mengatakan kepada kita bahwa tersingkirnya mereka dari kehidupan publik seperti ketakutan yang terus-menerus terhadap kematian yang kejam.”
Ancaman Kelaparan di Afghanistan
Dia meminta para donor untuk menemukan cara-cara “inovatif” untuk membantu perempuan dan anak perempuan Afghanistan yang memiliki “keberanian dan kreativitas” untuk menentang pembatasan ini, baik secara online, melalui bantuan tunai dan beasiswa, atau migrasi yang aman.
Meskipun terjadi perkembangan yang mengejutkan, rencana bantuan PBB untuk Afghanistan sebesar US$3,2 miliar pada tahun 2023 hanya didanai 28 persen, kata Roza Otunbayeva, kepala misi PBB di Afghanistan (UNAMA).
“Banyak program telah ditutup karena pendanaan yang tidak mencukupi saat musim dingin semakin dekat dan nyawa paling terancam,” dia memperingatkan.
“Ini berarti 15,2 juta warga Afghanistan yang sekarang menghadapi kerawanan pangan akut dapat mengalami kelaparan dalam beberapa bulan mendatang. Saya mendesak para donor untuk memperhatikan permohonan kemanusiaan kami dengan kemurahan hati sebanyak mungkin sebelum musim dingin tiba.”
Mengenai pertanyaan kontroversial apakah komunitas internasional harus terlibat dengan pemerintah Taliban, dia mengatakan UNAMA yakin harus ada dialog. “Dialog bukanlah pengakuan,” tegasnya, sambil menambahkan: “dialog dan keterlibatan adalah cara kami berupaya mengubah kebijakan ini.
Meskipun pemerintah Taliban mengatakan “lembaga-lembaga mereka inklusif, tampaknya terdapat kesenjangan legitimasi yang semakin besar dengan masyarakat,” katanya. “Dan legitimasi internasional tidak akan ada tanpa legitimasi domestik.” (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...