PBB Peringatkan Epidemi Ebola Belum Berhasil Diberantas
ADDIS ABABA, SATUHARAPAN.COM - “Wabah ebola semakin berkurang, namun masih ada di sepertiga kawasan dari tiga negara Afrika barat paling parah terpapar,” kata koordinator PBB untuk ebola David Nabarro, Kamis (29/1).
"Jumlah penderita berkurang dari pekan ke pekan, dan mencapai nol di banyak tempat, namun kami masih melihat beberapa kemunculan dan masih melihat kejutan penderita baru di luar daftar kontak kami," katanya kepada AFP.
"Itu artinya epidemi ini belum sepenuhnya diberantas," katanya.
Nabarro mengungkapkan hal itu di markas Uni Afrika, saat para pemimpin melakukan pertemuan sehari menjelang pertemuan puncak yang akan menjadikan kasus ebola sebagai isu utama dalam diskusi.
Wabah terburuk virus dalam sejarah ini dalam setahun telah menyebabkan jumlah kematian hampir 9.000, di tiga negara Afrika barat yaitu Liberia, Guinea dan Sierra Leone, dan memantik kepanikan di seluruh dunia.
Ketiga negara tersebut telah dihancurkan oleh wabah penyakit, yang mulai merebak pada Desember 2013, namun sudah ada tanda-tanda infeksi virus makin berkurang dengan jumlah kasus terus turun setiap minggu.
Liberia, negara yang sebelumnya terkena wabah paling parah, berharap tidak akan ada kasus baru hingga akhir Februari.
"Kami harus mempertahankan usaha dengan intensitas lebih besar, musim hujan yang akan datang menjadi keprihatinan kami," kata Nabarro.
Namun ia mengatakan, ada pelajaran penting yang bisa diambil dalam aksi tanggap ebola, dan bahwa usulan untuk membentuk badan semacam Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS di Afrika akan menjadi langkah selanjutnya.
"Kami terlalu lama untuk siap, kami perlu kapasitas respon yang lebih baik," katanya, "CDC Afrika akan memungkinkan Uni Afrika bertindak lebih cepat."
Pada Jumat (30/1) dan Sabtu (31/1), para pemimpin Afrika akan membicarakan pemulihan ekonomi bagi negara-negara yang terkena dampak ebola, serta membentuk "dana solidaritas" dan merencanakan pusat CDC yang dalam fase awal akan beroperasi sebagai "sistem peringatan dini".
Komisioner Uni Afrika untuk Masalah Sosial Mustapha Sidiki Kaloko mengatakan, Rabu (28/1), badan itu dijanjikan bisa beroperaso pada pertengahan 2015.
Oxfam meminta adanya "Rencana Marshall pasca-ebola" bagi negara-negara Afrika yang terkena dampaknya, merujuk pada paket bantuan AS untuk membangun kembali Eropa setelah Perang Dunia II.
"Jelas bahwa arsitektur Afrika saat ini bagi deteksi dini penyakit, tanggapan dan pengendaliannya sangat tidak memadai," kata Oxfam dalam sebuah pernyataan, Rabu (28/1).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengakui bahwa badan PBB itu kecolongan soal ebola dan menjanjikan reformasi untuk mencegah kesalahan serupa di masa depan.(Ant/AFP)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...