PBB: Risiko AIDS Meningkat Aklibat Kekerasan pada Perempuan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merespon epidemi AIDS dengan menyerukan diakhirinya kekerasan berbasis jender, karena merupakan pelanggaran berat hak asasi manusiadan meningkatkan risiko infeksi HIV.
Penelitian terbaru Program PBB tentang HIV / AIDS (UNAIDS) menunjukkan ada hubungan yang jelas antara kekerasan pasangan intim dan HIV, di mana perempuan yang mengalami kekerasan tersebut menghadapi 50 persen peningkatan risiko tertular virus.
"Setiap jam, 50 wanita muda baru terinfeksi HIV," kata Direktur Eksekutif UNAIDS, Michel Sidibé, dalam pesan Hari Internasionaluntuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
"Perempuan dan anak perempuan memiliki hak untuk hidup bebas dari kekerasan dan ketidakadilan dan untuk melindungi diri terhadap HIV," kata dia.
Selain itu, disebutkan bahwa sekitar satu dari tiga wanita di seluruh dunia mengalami kekerasan fisik dan / atau seksual oleh pasangan atau kekerasan seksual oleh non mitra, seperti diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO).
Sementara sekitar 150 juta anak perempuan di bawah usia 18 telah mengalami beberapa bentuk kekerasan seksual. Namun banyak yang tidak pernah mengungkapkan pengalaman traumatis mereka.
Menanggapi kekerasan berbasis jender dan HIV, UNAIDS melihat hal ini sebagai tanggung jawab global untuk keadilan sosial.
Deklarasi Politik tentang HIV AIDS pada tahun 2011, negara-negara anggota PBB berjanji untuk menghilangkan ketidaksetaraan jender, pelecehan dan kekerasan berbasis jender, dan melindungi perempuan dari risiko infeksi HIV. Namun kekerasan berbasis jender adalah realitas yang merasuk di seluruh dunia, kata UNAIDS. (un.org).
Editor : Sabar Subekti
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...