PBB: Setiap Serangan pada Pembangkit Nuklir Adalah Bunuh Diri
PBB, SATUHARAPAN.COM-Setiap serangan terhadap pembangkit nuklir adalah "bunuh diri", kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Antonio Guterres, memperingatkan hari Senin (8/8) setelah serangan terbaru menghantam kompleks tenaga atom besar di Ukraina selatan.
Moskow dan Kiev saling menyalahkan atas serangan terbaru di pabrik Zaporizhzhia, situs tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang telah berada di bawah kendali Rusia sejak hari-hari awal perang.
Pertempuran pada hari Jumat (5/8) di pabrik telah mendorong pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memperingatkan "risiko yang sangat nyata dari bencana nuklir".
Pada konferensi pers di Tokyo, Guterres mengutuk serangan semacam itu tanpa mengatakan kedua pihak bertanggung jawab. “Kami mendukung IAEA dalam upaya mereka dalam menciptakan kondisi stabilisasi pabrik itu,” katanya.
“Setiap serangan ke pembangkit nuklir adalah tindakan bunuh diri. Saya berharap serangan itu akan berakhir, dan pada saat yang sama saya berharap IAEA akan dapat mengakses pabrik tersebut.”
Komentarnya mengikuti kunjungan ke Hiroshima selama akhir pekan, di mana Guterres memberikan pidato untuk menandai peringatan 77 tahun serangan bom nuklir pertama di dunia.
Di kota Jepang pada hari Sabtu, ia memperingatkan bahwa "manusia sedang bermain dengan senjata yang dimuat" sebagai krisis dengan potensi bencana nuklir berkembang biak di seluruh dunia, dari Ukraina ke Timur Tengah dan semenanjung Korea.
Pria Portugis berusia 73 tahun itu juga menyampaikan peringatan keras terhadap kengerian senjata atom sepekan yang lalu di New York pada konferensi kunci Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang dia ulangi pada hari Senin.
“Kami menyaksikan radikalisasi dalam situasi geopolitik yang membuat risiko perang nuklir kembali menjadi sesuatu yang tidak dapat kami lupakan sepenuhnya,” katanya.
Ketika ditanya tentang latihan militer besar-besaran China di sekitar Taiwan, yang dipicu oleh kunjungan pekan lalu ke pulau yang diperintah sendiri oleh Ketua Kongres Amerika Serikat, Nancy Pelosi, Guterres mengatakan PBB “mematuhi resolusi Majelis Umum, yang disebut kebijakan Satu China.”
“Tetapi kita semua ingin resolusi itu sesuai dengan lingkungan yang damai,” katanya, menyerukan akal sehat dan menahan diri untuk memungkinkan de-eskalasi yang “sangat penting”. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...