Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 07:18 WIB | Kamis, 04 Mei 2023

PBB: Taliban Lakukan Intimidasi, Ancaman dan Serangan pada Media

Najia Sorosh Kepala “Sadai Banowan”, stasiun radio yang dikelola perempuan, kanan, berbicara dengan stafnya di studio penyiaran di Provinsi Badakhshan, timur laut Afghanistan, Selasa, 7 Maret 2023. Stasiun radio yang dikelola perempuan di timur laut Afghanistan telah ditutup karena memutar musik selama bulan suci Ramadhan, kata seorang pejabat Taliban, hari Sabtu. (Foto: dok. Sadai Banowan via AP)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Intimidasi, ancaman, dan serangan Taliban terhadap wartawan Afghanistan tidak dapat diterima, kata PBB pada hari Rabu (3/5), dan menyatakan keprihatinannya terhadap masa depan media negara itu.

Banyak jurnalis kehilangan pekerjaan setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021, dengan penutupan media karena kekurangan dana atau karena staf meninggalkan negara itu. Wartawan perempuan menghadapi kesulitan tambahan karena larangan kerja dan pembatasan perjalanan.

Selama pemerintahan mereka sebelumnya pada akhir 1990-an, Taliban melarang sebagian besar televisi, radio, dan surat kabar di negara itu.

Misi PBB di Afghanistan mengatakan bahwa meskipun jurnalis terus bekerja, mereka dipaksa untuk menavigasi “batas-batas pelaporan yang tidak jelas dan seringkali sewenang-wenang terhadap ancaman represi dan penutupan yang selalu ada.”

Komentarnya bertepatan dengan Hari Kebebasan Pers Sedunia, yang diperingati pada 3 Mei.

Perwakilan khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan, Roza Otunbayeva, mengatakan hari itu adalah momen untuk menunjukkan solidaritas dengan wartawan Afghanistan yang berusaha mempertahankan pelaporan independen.

“Jurnalis dipaksa membuat keputusan editorial berdasarkan rasa takut, bukan kepentingan publik,” kata Otunbayeva. “Intimidasi, ancaman, dan serangan terus-menerus terhadap jurnalis tidak dapat diterima. Kami mendesak otoritas de facto Taliban untuk menjamin kebebasan dan kemandirian media, dan keselamatan jurnalis, baik perempuan maupun pria.”

Wakil Menteri Penyiaran, Mahajar Farahi, membantah bahwa wartawan menghadapi kendala di Afghanistan, dengan mengatakan media menjalankan aktivitasnya secara normal.

“Pers Afghanistan telah meningkat dibandingkan masa lalu dan kami masih berusaha memecahkan masalah media,” kata Farahi kepada The Associated Press. “Kami tidak menganggap diri kami berkewajiban untuk menanggapi setiap propaganda.”

Pengawas media, Reporters without Borders, menempatkan Afghanistan di peringkat 152 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia terbaru, yang dirilis hari Rabu. Dikatakan lingkungan untuk wartawan terus memburuk dan jurnalis perempuan telah “benar-benar terhapus dari kehidupan publik.”

Dikatakan 43% dari outlet media Afghanistan menghilang setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021. Dari 10.780 orang yang bekerja di ruang redaksi Afghanistan, 8.290 pria dan 2.490 perempuan, pada awal bulan itu, hanya 4.360 yang masih bekerja pada bulan Desember, 3.950 pria dan 410 perempuan. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home