PBB: Tidak Ada Negara yang Serius Lindungi Kesehatan dan Masa Depan Anak-anak
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Kesehatan dan masa depan anak-anak dan remaja di seluruh dunia berada di bawah ancaman langsung dari degradasi ekologis, perubahan iklim serta praktik pemasaran eksploitatif yang mempromosikan makanan dan minuman cepat saji (fast food), menurut laporan terbaru yang dirilis oleh beberapa badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan jurnal medis The Lancet pada Rabu (19/2).
Tidak ada satu pun negara yang melindungi kesehatan anak-anak, lingkungan dan masa depan mereka secara memadai, menurut laporan yang berjudul "Masa Depan untuk Anak-anak Dunia?"
Laporan itu dirilis oleh komisi yang beranggotakan 40 lebih pakar kesehatan anak dan remaja dari seluruh dunia yang dikumpulkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF dan The Lancet.
Semakin meningkatnya perubahan iklim akibat emisi karbon yang dihasilkan oleh negara-negara kaya secara berlebihan dan tidak proporsional telah mengancam masa depan semua anak, kata laporan tersebut.
Laporan itu juga menyertakan indeks global baru dari 180 negara dan wilayah, termasuk indeks kelangsungan hidup dan kesejahteraan anak, seperti kesehatan, pendidikan dan gizi; keberlanjutan, dengan proksi untuk emisi gas rumah kaca; serta ekuitas, atau kesenjangan pendapatan.
Indeks tersebut menunjukkan bahwa anak-anak di Norwegia, Korea Selatan dan Belanda memiliki peluang terbaik untuk bertahan hidup dan sejahtera, sementara anak-anak di Republik Afrika Tengah, Chad, Somalia, Niger dan Mali menghadapi peluang terburuk.
Sementara itu, pemasaran komersial yang berbahaya kini sedang memangsa anak-anak, di mana paparan dari pemasaran komersial makanan rendah gizi (junk food) dan minuman manis dikaitkan dengan pembelian makanan yang tidak sehat, kelebihan berat badan dan obesitas.
Jumlah anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas meningkat 11 kali lipat dari 11 juta pada 1975 menjadi 124 juta pada 2016, disertai dengan dampak individual dan sosial yang sangat mengerikan, kata laporan itu memperingatkan.
Untuk melindungi anak-anak, laporan tersebut menyerukan gerakan global baru, termasuk menghentikan emisi CO2 dengan sangat mendesak, memusatkan anak-anak dan remaja dalam upaya kita untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, mengarahkan kebijakan dan investasi baru untuk kesehatan dan hak-hak anak, melibatkan pendapat anak-anak dalam berbagai keputusan kebijakan, serta memperketat peraturan nasional untuk pemasaran komersial yang berbahaya.
"Negara-negara perlu merombak pendekatan mereka terhadap kesehatan anak dan remaja guna memastikan bahwa kita tidak hanya menjaga anak-anak kita hari ini, tetapi juga melindungi dunia yang akan mereka warisi di masa depan," kata Helen Clark, mantan perdana menteri Selandia Baru sekaligus ketua bersama komisi tersebut. (Xinhua)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...