PBB: Transformasi Melalui Toilet
Hari Toilet Sedunia, 19 November
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Hari ini (19 November) PBB memperingati Hari Toilet Sedunia, sebuah upaya untuk mengakhiri praktik buang air besar sembarangan dan di tempat terbuka.
Badan dunia ini memang serius dengan masalah toilet, karena meyakini ada manfaat transformasional bagi penduduk paling rentan di dunia, kata badan sanitasi mitra PBB, WSSCC (Water Supply and Sanitation Collaborative Council / Dewan Kolaborasi Air Minum dan Sanitasi).
Direktur Eksekutif WSSCC, Sue Coates, mengatakan 673 juta penduduk dunia masih buang air besar sembarangan dan di tempat terbuka, seperti di ladang, hutan, semak-semak, danau dan sungai. Praktik ini terus menurun dan ingin semua orang menggunakan toilet pada 2030.
Praktik yang buruk untuk sanitasi dan kesehatan ini umumnya terjadi di pedesaan (91 persen). Ini dianggap masalah serius, karena merupakan penghinaan terhadap martabat, kesehatan dan kesejahteraan, terutama perempuan dan anak perempuan.
Misalnya, menurut WSSCC, ratusan juta anak perempuan dan perempuan di seluruh dunia tidak memiliki privasi saat mereka sedang menstruasi. Buang air besar juga berisiko mengekspos mereka terhadap peningkatan eksploitasi seksual dan keselamatan pribadi dan merupakan risiko bagi kesehatan masyarakat.
Dana PBB untuk Anak (UNICEF) menyebut satu gram feses dapat mengandung 10 juta virus, satu juta bakteri, dan seribu kista parasit. Praktik sanitasi dan kebersihan yang buruk juga berkontribusi pada kematian 800.000 orang setiap tahun akibat diare, jumlah yang lebih tinggi akibat malaria.
Buang air besar di tempat terbuka telah menjadi praktik selama berabad-abad, dan menghentikannya membutuhkan upaya serius, dengan pembangunan toilet di rumah, fasilitas umum, sekolah, pasar, dan pusat kesehatan serta dan tempat kerja. Ini harus dipandang sebagai hak dasar manusia.
Koalisi menilai masalah toilet ini memiliki manfaat transformasional yang mendukung aspek kualitas hidup, kesetaraan, dan martabat bagi semua orang. Sayangnya, data WHO dan UNICEF menyebutkan pada tahun 2016, 21 persen dari fasilitas kesehatan secara global tidak memiliki layanan sanitasi. Ini berdampak langsung pada lebih dari 1,5 miliar manusia. Dan sekitar 620 juta anak di seluruh dunia tidak memiliki layanan sanitasi dasar di sekolah mereka.
WHO memperkirakan bahwa setiap satu dolar AS yang diinvestasikan untuk kesehatan air dan toilet menghasilkan penghematan rata-rata empat dolar AS dalam biaya kesehatan. Ini juga mencegah kematian, dan meningkatnya produktivitas. Sebaliknya, buruknya sanitasi menghambat pertumbuhan ekonomi.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...