PBB Undang 30 Negara pada Pertemuan Perdamaian bagi Suriah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perrserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon menyambut baik keputusan Koalisi Nasional Revolusi Suriah dan Oposisi Militer untuk berpartisipasi dalam konferensi internasional pekan ini yang bertujuan untuk menyelesaikan damai konflik di negara itu.
"Ini adalah langkah berani dan bersejarah untuk kepentingan solusi politik dan negosiasi atas konflik tiga tahun yang telah menyebabkan begitu banyak penderitaan dan kehancuran," kata Ban dalam sebuah pernyataan, dan disebutkan ada 30 negara yang diundang.
"Saya berharap untuk pembentukan delegasi oposisi luas yang mewakili keragaman oposisi di Suriah, termasuk perempuan," kata dia menambahkan.
Konferensi Jenewa II untuk Suriah akan dipimpin Ban pada 22 Januari di Montreux dan Jenewa, Swiss di mana akan difasilitasi Wakil Khusus Bersama PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi.
Konferensi ini bertujuan untuk mencapai perjanjian komprehensif antara Pemerintah Suriah dan oposisi untuk sepenuhnya melaksanakan keputusan konferensi Jenewa pada awal 2012. Satu kepeutusan penting pertemuan itu adalah pembentukan pemerintahan transisi yang akan menyelenggarakan pemilihan umum.
Mengundang 30 Negara
"Konferensi ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu untuk mengakhiri kekerasan," kata Ban dalam konferensi pers di Markas Besar PBB pada hari Minggu (19/1) malam. PBB mendesak pihak-pihak di Suriah untuk menjaga satu tujuan untuk akhir penderitaan rakyat Suriah dan awal transisi menuju Suriah baru.
PBB telah mengirimkan undangan ke konferensi kepada lebih dari 30 negara, termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, serta wakil-wakil dari Liga Arab, Uni Eropa dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Ban mengumumkan bahwa setelah pertemuan dan percakapan telepon yang intensif dengan banyak pemimpin sebagai upaya diplomatik bagi Suriah, dia telah memutuskan untuk juga mengajak Australia, Bahrain, Belgia, Yunani, Tahta Suci Vatikan, Luksemburg, Meksiko, Belanda, Korea Selatan, dan Iran menghadiri pertemuan 22 Januari di Montreux.
"Saya percaya kehadiran internasional yang diperluas pada hari itu akan menjadi acara penting dan berguna dalam membangun solidaritas melalui kerja keras bagi delegasi pemerintah dan oposisi Suriah," kata Sekjen PBB. Dia menambahkan bahwa dia sangat meyakini Iran harus menjadi bagian dari solusi untuk krisis Suriah.
Lebih dari 130.000 orang terbunuh dalam konflik di Suriah, dan lebih dari delapan juta orang meninggalkan rumah mereka sejak konflik yang meletus Maret 2011 antara Pemerintah dan berbagai kelompok oposisi yang ingin menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad. (un.org)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...