PBNU Dorong Aparat Tangkap Pengikut ISIS yang Pulang Kampung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mendorong aparat keamanan mewaspadai atau menangkap para pengikut ISIS yang pulang ke Indonesia setelah ikut berperang di Suriah dan Irak, karena bisa menimbulkan persoalan keamanan di kemudian hari.
“Jelas, mereka pulang habis bergabung dengan teroris, ya sama dengan teroris. Sebaiknya aparat keamanan menangkap mereka daripada menimbulkan masalah di kemudian hari,” kata Said Aqil di Jakarta, Jumat (13/3).
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memperkirakan lebih dari 500 warga negara Indonesia ikut bergabung dengan ISIS. Selain masalah kesamaan ideologi, Said Aqil menengarai, orang-orang Indonesia yang ikut bergabung dengan ISIS karena iming-iming gaji yang sangat besar yang bisa mencapai 40 juta per bulan.
Said juga menyesalkan penghancuran situs-situs sejarah yang tak ternilai harganya. Ia menjelaskan, pada pada zaman jahiliyah, berhala memang disembah. Saat ini, tidak ada yang menyembah patung. Peninggalan yang ada sekarang merupakan cagar budaya.
“Yang menghancurkannya tidak baik, tidak menghargai karya orang terdahulu,” kata dia.
Budaya, menurutnya adalah kreativitas yang positif, manusia diberi perangkat akal, rasa, agar berkreasi dalam bentuk seni. Ini merupakan ekspresi keindahan kreativitas manusia.
ISIS dan kelompok Islam radikal lainnya, kata Said yang juga Ketua Dewan Penasihat BNPT ini, telah berhasil mencitrakan Islam sebagai agama teroris yang keji dan tidak berperikemanusiaan. Dia menegaskan, Rasulullah memiliki banyak pengikut karena mengajarkan bahwa Islam merupakan agama yang santun dan baik, bukan agama kekerasan.
Said yang menyelesaikan doktornya di Universitas Ummul Qura Mekkah itu menjelaskan larangan penggunaan kekerasan dalam berdakwah dalam ayat “La ikhora fiddin...,” dalam surat Al Baqarah ayat 256 yang melarang memaksakan agama Islam kepada orang lain. Asbabun nuzul atau latar belakang turunnya ayat itu adalah ketika ada seorang Arab yang sudah masuk Islam, lalu mengancam anaknya yang tidak mau masuk Islam.
“Ini ayah terhadap anaknya tidak boleh melakukan intimidasi atau teror, apalagi terhadap yang lain,” kata dia.
Ia menambahkan, ISIS yang merupakan pengikut Khawarij, yaitu kelompok yang suka mengkafirkan orang lain dan menggunakan cara-cara kekerasan, memang dari dulu sangat pandai dalam membuat propaganda manis sehingga banyak orang terbujuk. Jika dulu mereka hanya bisa menyampaikan pandangan dalam forum-forum diskusi, kini mereka mampu menyebarluaskan ajarannya lewat sosial media yang menjangkau seluruh dunia.
“Jadi orang Khawarij itu perilaku pribadinya lempeng-lempeng, ibadahnya kenceng, jidatnya sampai item. Tapi sayangnya, menganggap yang lain kafir. Mereka ekskusif,” kata dia.
Apa yang terjadi saat ini merupakan musibah besar di era globalisasi, “Islam jatuh serendah-rendahnya akibat sekelompok umat Islam yang perbuatannya bertentangan dengan ajaran Islam,” katanya. (nu.or.id)
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...