PBSI Gelar Latihan Fisik sebagai Rangkaian Junior Master
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Rangkaian Junior Master yang baru pertama kali diselenggarakan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), kini memasuki rangkaian terakhir pada Jumat (20/12) di Gedung Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Cipayung, Jakarta.
Pada sesi tes fisik ini, sebelumnya ada yang telah dilaksanakan pada hari Senin (16/12) silam yakni bleep test, vertical jump, dan standing broad jump.
Bleep test adalah tes untuk mengetahui kemampuan untuk mengenali kemampuan berlari jarak pendek, vertical jump adalah tes untuk mengetahui seberapa tinggi lompatan atlet badminton, dan standing broad jump adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh loncatan atlet badminton.
Pada Jumat (20/12) tes fisik yang digelar adalah court agility (tes untuk mengetahui kemampuan atlet badminton menguasai bidang permainan), skipping rope (tes lompat tali untuk mengetahui ketahanan seorang atlet saat melakukan lompatan).
Tes fisik ini digelar setelah diadakan turnamen setengah kompetisi yang digelar PBSI untuk mengetahui mental bertanding seorang atlet badminton, mulai dari Selasa (17/12) hingga Kamis (19/12) kemarin.
Akan tetapi itu bukanlah faktor yang menentukan kelulusan seorang atlet badminton dalam Junior Masters ini, karena menurut Basri Yusuf, Kabid Pengembangan PP PBSI, tes fisik memiliki bobot sebanyak 30 persen dari total penilaian potensi atlet.
Sementara hasil ranking dari pertandingan memiliki porsi 60 persen, sedangkan 10 persen lagi berasal dari penilaian tim panelis atau tim pemandu bakat.
"Hasil pertandingan bobotnya paling besar karena menyangkut penilaian teknik dan kemampuan dalam bermain bulutangkis. Tapi, kalau di pertandingan ranking paling tinggi sementara fisiknya jelek, bisa saja poin si atlet berkurang di nilai akhirnya," kata Basri.
Pada pelaksanaan court agility dan skipping rope dibagi dalam beberapa kelompok, ganda putra usia di bawah 17 tahun (U-17), tunggal putra U-17, ganda putri U-17, dan tunggal putri U-17. Sama halnya berlaku untuk pembagian usia di bawah 19 tahun (U-19).
Skipping rope
Pada pelaksanaan tes fisik skipping rope para atlet diharuskan melakukan lompat tali dalam durasi satu menit, sementara para panelis yang terdiri atas tim penilai dari PBSI akan menilai berapa banyak lompatan yang dihasilkan dalam waktu satu menit.
Court Agility
Pada pelaksanaan tes fisik agility court pelaksanaanya adalah sebagai berikut; para atlet harus berdiri pada satu titik yang ditelah ditentukan oleh para panelis, kemudian setelah penanda waktu dibunyikan maka para atlet harus menjatuhkan enam buah benda yang ada di samping bidang permainan secara bergiliran, karena setelah menjatuhkan salah satu dari enam benda tersebut atlet tersebut harus kembali ke titik yang telah ditentukan.
Setelah seorang atlet kembali ke titik yang ditentukan, maka dia harus menjatuhkan lagi lima benda lainnya, yang belum jatuh. Pada agility court ini yang dihitung adalah durasi waktu, seberapa cepat seorang atlet badminton dapat menjatuhkan benda tersebut dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Editor : Bayu Probo
Program ULD Serap 770 Penyandang Disabilitas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Ketenagakerjaan mengungkapkan, hingga Oktober 2024 program Un...