Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 13:08 WIB | Rabu, 13 November 2024

Pdt. Rasely Sinampe: Tanam Satu Bibit Pohon Lebih Bermakna Daripada Banyak Teori

Pejuang lingkungan dari Gereja Toraja, Pdt. Rasely Sinampe, MTh. (Foto: PGI)

TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Pejuang lingkungan dari Gereja Toraja Pdt. Rasely Sinampe, MTh menegaskan menanam satu bibit pohon lebih bermakna daripada banyak teori yang dibicarakan dalam rangka memelihara alam yang kita tempati.

“Lebih bermakna menanam satu bibit pohon daripada kita bicara teori-teori soal memelihara alam. Teori hanya di kampus tapi yang sesungguhnya maukah kita turun ke sungai, membersihkan sampah, dan tidak membuang sampah sembarangan, angkat cangkul untuk aksi bersih-bersih, dan lainnya,”  kata pendeta pertama yang mendapatkan anugerah Kalpataru tahun 2022.

Dalam studi tematik (Ma’ kombongan) Krisis Ekologi yang berkelanjuta dia berbicara tentang Menakar Upaya Penyelamatan dan Membangun Harapan, di Sidang Raya ke XVIII PGI, Senin (11/11/2024).

Berbagi pengalamannya dalam merawat alam, pendeta yang telah 20 tahun hidup dekat bantaran sungai ini, mengaku dirinya tidak menghadapi persoalan ketika melakukan aktivitas menjaga lingkungan karena semua itu dilakukan dengan suka cita dan sepenuh hati, termasuk dalam hal pendanaan.

“Saya tidak mengalami hambatan, dana cari sendiri. Pernah juga di-bully dikatakan itu kan pekerjaan pemerintah, tapi saya bilang tidak. Akhirnya yang mem-bully itu sadar sendiri. Ada tawaran bantuan dari pemerintah saya bilang tidak, cukup dari gereja dan saya bersyukur sinode juga sudah aktif melakukan bantuan,” ceritanya.

Dalam kesehariannya, dia selalu membawa bibit tanaman saat melayani umat di gereja-gereja di wilayahnya. Bibit ini kemudian dibagikan agar bisa ditanam di lahan, termasuk pupuk yang diberikan secara cuma-cuma. Kecintaan dan kepeduliannya akan lingkungan bukan tanpa alasan. Dia pernah membuat tesis tentang “Misi Ekologis Kontekstual di Toraja Utara.”

Awalnya, upaya yang dilakukan untuk bersama-sama merawat lingkungan dengan jemaat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab itu usaha yang dilakukan adalah melalui pendekatan iman. “Saya sampaikan kepada jemaat bahwa melestarikan alam ada dalam Alkitab. Contoh di Markus 16:15 Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Mahkluk di sini yaitu tumbuhan, hewan, dan alam. Jadi bukan kepada manusia saja, hewan dan tumbuhan juga perlu dijaga,” katanya.

Diapun melakukan sosialisasi bahayanya penggunaan zat kimia untuk pertanian yang sebenarnya juga merusak alam. “Menggunakan pestisida itu juga tindak kejahatan terhadap alam. Dengan pestisida tanah akan mengeras, kemudian lembek lalu menimbulkan longsor. Saya bisa membekali mereka dengan pengetahuan terkait pestisida organik, sebagai alternatif yang ramah lingkungan, tidak melukai alam,” katanya.

Kini dalam upaya melestarikan lingkungan, dia melakukan kerja sama dengan berbagai LSM, termasuk dengan anak-anak muda, dan peluang-peluang dalam rangka kerjasama advokasi akan terus dilakukan tanpa harus terhalang dengan adanya regulasi.

“Benar regulasi perlu kita ikuti, tapi jangan karena terhalang regulasi lalu kita berhenti untuk melakukan upaya penyelamatan lingkungan. Gereja Toraja punya punya program melakukan penanaman bersama jemaat. Ada juga materi  katekisasi yang fokus tentang lingkungan hidup,” kata pendeta yang juga membuat agroforestry dengan menyediakan lahan pembibitan, ternak, dan kolam ikan ini.

Pdt. Rasely Sinampe berharap dalam kegiatan Sidang Raya XVIII PGI ini juga dilakukan aksi penanaman bibit pohon yang nantinya momentum ini akan dikenang oleh generasi penerus gereja, dan perlu ada satu gerakan bersama yang mengajak setiap warga gereja untuk menanam satu bibit pohon, hal ini sudah luar biasa.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home