Pedulikah Kita dengan Lingkungan Hidup?
SATUHARAPAN.COM - Seberapa jauh orang Indonesia peduli pada lingkungan hidup di sekitar mereka? Mungkin sulit mencari jawaban pasti. Tapi BPS (Biro Pusat Statistik) ternyata melakukan survei khusus tentang perilaku peduli lingkungan sejak 2013 dan hasilnya dibuat indeks. Berikut ini tulisan mengenai indeks itu.
Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar atau membaca berita tentang bencana alam yang melanda Indonesia seperti banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan, gempa bumi, kekeringan, gunung meletus, dst. Beberapa bencana alam yang terjadi sebetulnya disebabkan oleh ulah manusia yang tidak peduli pada lingkungan.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan di berbagai bidang termasuk data perilaku penduduk terhadap lingkungan, sejak tahun 2013, BPS menyelenggarakan Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup. Survei diadakan di seluruh Indonesia, dan data diambil di tingkat rumah tangga. Data yang dikumpulkan kemudian dibuat Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH). Indeks disusun di tingkat nasional, provinsi dan pulau. Indeks bernilai antara 0-1. Semakin besar (mendekati 1), angka indeks menunjukkan sikap rumah tangga yang tidak peduli terhadap lingkungan; dan sebaliknya.
Indeks disusun dari dimensi pengelolaan air, pengelolaan sampah, penghematan air, dan transportasi pribadi. IPKLH 2017 untuk Indonesia adalah 0,51. Dari 7 pulau yang dibandingkan (Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku), ternyata rumah tangga di Jawa-Bali dan Sumatera menunjukkan sikap yang lebih tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Nilai IPKLH mereka mencapai 0,524, sedangkan rumah tangga di Nusa Tenggara adalah yang paling peduli dengan nilai 0.465.
Bila dibandingkan antar provinsi, rumah tangga di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam adalah yang paling tidak peduli dengan nilai 0,55 dan Nusa Tenggara Timur adalah yang paling peduli dengan nilai 0,41.
Di antara 4 sikap tidak peduli, ternyata rumah tangga di Indonesia paling tidak peduli dengan pengelolaan sampah dengan IPKLH 0,72. Indeks untuk transportasi pribadi 0,71, pengelolaan air 0,16 dan penghematan air 0,44.
Indeks untuk pengelolaan sampah disusun dari pertanyaan perlakuan terhadap sampah yang paling sering dilakukan; memilah sampah yang mudah dan mudah membusuk dan perlakuan akhirnya; perlakuan terhadap sampah B3; yang sering dilakukan terhadap barang bekas seperti baju bekas, sepatu bekas perkakas; membeli produk yang dapat diisi ulang; belanja dengan membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi tas plastik.
Banjir yang akhir-akhir ini melanda banyak daerah di Indonesia karena curah hujan yang tinggi, juga dapat disebabkan oleh ulah manusia membuang sampah sembarangan. Hasil survei perilaku peduli lingkungan menunjukkan mayoritas rumah tangga di Indonesia membakar sampah (53%) yang dapat menimbulkan polusi udara, membuang ke sungai/selokan (5%), dan membuang di sembarang tempat (2.7%). Sangat sedikit rumah tangga yang mengelola sampahnya sendiri dengan mendaur ulang (0,1%), membuat kompos (0,6%) atau menyetor ke bank sampah (0,4%).
Hasil survei ini juga dapat menemukan jawaban mengapa Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia. Ternyata cuma 18,6% rumah tangga yang peduli dengan sampah dengan membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja.
Selain tidak peduli pada pengelolaan sampah, rumah tangga di Indonesia juga tidak peduli pada transportasi pribadi. Pertanyaan untuk menyusun indeks peduli transportasi pribadi adalah jumlah sepeda motor, mobil yang dikuasai/digunakan (sendiri atau bersama); melakukan perawatan mesin secara rutin; melakukan pemeriksaan tekanan ban; mengurangi penggunaan kendaraan bermotor; upaya untuk melakukan pengurangan kendaraan bermotor; dan alasan utama mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
Penyumbang tingginya IPKLH di Jawa Bali adalah ketidakpedulian rumah tangga pada transportasi pribadi dengan nilai 0,71 dibandingkan dengan pengelolaan sampah (0,67). Provinsi di Jawa-Bali lebih tidak peduli pada transportasi pribadi adalah DKI Jakarta (0,70), DI Yogyakarta (0, 74), dan Bali (0,79). Sementara itu rumah tangga di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat lebih tidak peduli untuk mengelola sampah.
Nah, apakah rumah tangga kita termasuk yang menyumbang ke tingginya indeks tidak peduli sampah dan tidak peduli transportasi? Ada baiknya, mulai dari sekarang kita lebih peduli dengan mengelola sampah rumah tangga sendiri, dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Penulis adalah Dosen Sosiologi di FISIP-UI
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...