Pejabat Vatikan Berharap Perjanjian 2018 dengan China Diperpanjang
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM-Pejabat tinggi Vatikan mengatakan bahwa dia berharap kesepakatan penting yang ditandatangani dua tahun lalu dengan China tentang pengangkatan uskup akan diperpanjang.
Di bawah ketentuan perjanjian sementara, yang ditandatangani China dan Vatikan pada 2018, baik Beijing maupun Paus memiliki hak suara dalam menunjuk uskup Katolik. Kesepakatan itu akan berakhir pada Oktober, tetapi pejabat nomor dua Vatikan, Pietro Parolin, mengatakan kepada media Italia hari Senin (14/9): “Tujuan kami adalah agar kesepakatan itu diperpanjang.”
“Apakah ada niat yang sama dari pihak China? Saya pikir dan saya berharap demikian,” kata Parolin kepada kantor berita Ansa. China memutuskan hubungan dengan Vatikan pada tahun 1951 dan suasana antara kedua negara tetap tegang.
Vatikan adalah satu-satunya sekutu diplomatik Eropa dari Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, yang dipandang oleh China sebagai provinsi yang memisahkan diri yang menunggu penyatuan kembali.
Sekitar 12 juta umat Katolik di China selama beberapa dekade telah terpecah antara asosiasi yang dijalankan pemerintah, yang pausnya dipilih oleh Partai Komunis yang ateis, dan gereja bawah tanah tidak resmi yang setia kepada Vatikan.
Berdasarkan kesepakatan tahun 2018, Beijing dan Vatikan berpartisipasi dalam pengangkatan uskup. Yang pertama adalah Yao Shun dari Keuskupan Ulanqab di Daerah Otonomi Mongolia Dalam pada Agustus tahun lalu.
Undang-undang di China mewajibkan para imam dan uskup untuk mendaftar dan menyesuaikan diri dengan gereja resmi negara tersebut. Tetapi Vatikan mengatakan pada saat itu bahwa uskup, yang disebut sebagai Antonio Yao Shun, telah “menerima mandat kepausan” pada saat pentahbisan.
Paus Fransiskus mengakui tujuh pendeta yang ditunjuk oleh China sebagai bagian dari kesepakatan dua tahun lalu, meskipun ada kekhawatiran Beijing akan menggunakan kesepakatan itu untuk lebih menindak umat di luar gereja resmi.
Meningkatkan hubungan dengan Beijing layak untuk dilakukan, kata Parolin. “Kepentingan kami saat ini di China adalah untuk menormalisasi kehidupan Gereja sebanyak mungkin,” katanya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, Dipecat oleh Parlemen
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Sabtu (14/12) melalui pemungutan sua...