Pelajar SMA Galau, Curhat pada Buya Syafii Maarif
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) mengungkapkan kegundahan hatinya di hadapan Ahmad Syafii Maarif. Sosok yang diketahui bernama Angel tersebut khawatir Bangsa Indonesia tidak lagi memiliki guru bangsa di masa mendatang.
Kejadian itu terjadi ketika Angel mendapat kesempatan memberikan testimoni kepada Ahmad Syafii Maarif dalam acara Peluncuran dan Diskusi Buku ‘Muazin Bangsa dari Makkah Darat’ di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Selatan, Jumat (3/7).
Layaknya seorang pelajar polos, Angel yang berulang kali menggunakan kata elders untuk menyapa hadirin, mengaku khawatir Indonesia tidak lagi memiliki sosok guru bangsa seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) atau Ahmad Syafii Maarif lagi 20 tahun mendatang. Padahal, menurut dia, sosok-sosok guru bangsa masih dibutuhkan, agar Bhinneka Tunggal Ika tetap menjadi semboyan Indonesia.
“Saya khawatir, bagaimana ketika saya beranjak dewasa nanti, sekitar 20 tahun mendatang, tidak ada lagi sosok seperti Ahmad Syafii Maarif,” ujar Angel.
Setelah beberapa menit berlalu dengan cerita dan ungkapaan-ungkapan Angel yang mengundang gelak tawa para hadirin, pelajar SMA Negeri 25 Jakarta tersebut menceritakan kisahnya di dunia maya, Twitter, yang berujung tidak enak.
Angel bercerita, pernah berkicau mengkritisi kemacetan di salah satu sudut Kota Jakarta akibat aksi demonstrasi Front Pembela Islam (FPI) yang memprotes ajang Miss Universe. Saat itu, FPI menyebut ajang Miss Universe bukan budaya Indonesia.
“Waktu itu ada macet, ternyata sedang ada demo dari FPI yang protes ajang Miss Universe, eh apa Miss World ya? Pokoknya begitulah, FPI itu bilang kalau ajang seperti itu bukan budaya Indonesia,” ujar dia.
Sontak, sebagai salah satu pengguna aktif Twitter, Angel mengaku langsung berkicau di Twitter “Miss Universe bukan budaya Indonesia, sorban juga bukan budaya Indonesia”.
Namun ternyata kicauan tersebut, kata Angel, membawa cerita tidak enak. Karena, setelah kicauan tersebut ada seorang pria berwajah Arab–senior di sekolahnya–yang coba mendekatinya.
“Jadi setelah itu ada seorang pria, senior di sekolah saya, yang coba modusin saya, bukan saya kepedean (terlalu percaya diri), but i know i’m pretty enough. Senior itu bertanya akun Twitter saya, hingga akhirnya kami saling follow di Twitter,” ucap dia, disambut tawa para hadirin yang terlihat kagum dengan kelugasan Angel bercerita.
Namun, kata Angel, ternyata senior tersebut membalas kicauannya di Twitter yang mengkritisi aksi FPI, padahal kicauan tersebut sudah jauh tenggelam, tertutupi dengan kicauan-kicauan Angel lainnya di Twitter.
Dia mengungkapkan, akhirnya perdebatan cukup panjang mengenai kicauan tersebut terjadi antara dia bersama senior tersebut, tetap di dunia Twitter.
Ternyata dampak tidak enak akibat kicauan tentang FPI itu, kata Angel, tidak berhenti di Twitter. Keesokan harinya, dia mengaku dikerumuni sekitar 30 orang, teman-teman senior yang coba mendekati dirinya tersebut. Dalam posisi jongkok di tengah kerumunan, Angel mengaku diteriaki Allahu Akbar.
Sampai akhirnya, pada hari pengambilan rapor, kata Angel, dia bersama ayahnya dipanggil menghadap ke Ruang Budi Pekerti, di sana dia dihadapkan bersama guru olahraga, guru agama, dan guru budi pekerti, guna mendapatkan nasihat akibat ulahnya mengkritisi FPI di Twitter tersebut.
Berangkat dari kisah tersebut, Angel mengaku khawatir, kalau 20 tahun mendatang Indonesia tidak lagi menjadi bangsa yang menganut semboyan Bhinneka Tunggal Ika, hingga akhirnya dia akan dipaksa menggunakan cadar.
Editor : Bayu Probo
Ikuti berita kami di Facebook
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...