Pelatih Harus Ciptakan Atlet Bermental Olimpiade
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelatih cabang atletik harus menciptakan atlet yang bermental juara dunia, atau ajang yang sekelas seperti Olimpiade, jangan puas hanya sebatas PON (Pekan Olah Raga Nasional).
“Mereka (pelatih) harus punya visi karena mereka harus mencetak atlet sampai ke olimpiade jangan cuma sebatas PON,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (Sekjen PB PASI), Tigor Tanjung kepada satuharapan.com di Stadion Madya Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, hari Senin (31/8).
Tigor menyebut bahwa dalam ajang olah raga multi even, terutama atletik, biasanya seorang atlet dan pelatih akan bangga membawa nama daerahnya saja.
“Kadang-kadang kita salah kaprah karena PON ini seperti pesta olahraga dengan bonus yang berlimpah dengan hadiah yang berlimpah dari gubernur masing-masing,” kata Tigor.
“Sehingga atletnya berasa tujuan puncaknya adalah PON, dan ya itu itu saja,” Tigor menambahkan.
Sebelum berbincang dengan satuharapan.com Tigor mewakili Ketua Umum PB PASI, Bob Hasan, memberi arahan kepada 12 pelatih cabang atletik nomor lompat (lompat tinggi, lompat galah, lompat jauh, dan lompat jangkit) untuk menambah ilmu keolah ragaan di markas Federasi Atletik Jerman (Deutscher Leichtathletik-Verband/DLV). Pengiriman pelatih tersebut merupakan bagian dari kerja sama Nota Kesepakatan dan Kesepahaman yang telah dijalin antara PB PASI dan DLV sejak 40 tahun lalu.
“Tidak cuma pelatih, tetapi di kesempatan lain kita juga kirim atlet untuk berlatih ke sana,” kata Tigor.
Para pelatih tersebut akan menjalani wawancara untuk mendapat visa di Kedutaan Republik Federal Jerman di Jakarta, pada Selasa (1/9) sebelum berangkat ke Jerman, Minggu (6/9). Para pelatih akan menimba ilmu keolah ragaan sampai dengan Sabtu (19/9).
Tigor menjelaskan seluruh materi dalam pelatihan akan disampaikan dalam bahasa Jerman, akan tetapi para pelatih dari Indonesia tidak perlu cemas dan khawatir, sebab setiap pelatih akan didampingi satu penerjemah yang telah disiapkan PB PASI.
Tigor mengatakan PB PASI memilih Jerman karena setiap tahun ada perkembangan sport science yang baru dalam cabang olah raga atletik, dan hal tersebut dapat dipelajari baik oleh pelatih maupun atlet Indonesia.
“Memang saya akui Jerman bukan yang pertama kali melakukan pengembangan atau inovasi dalam atletik, tetapi mereka termasuk yang baik dalam ilmu ilmu keolahragaan,” kata dia.
Pesan-pesan Tigor Tanjung
Tigor berpesan kepada para pelatih agar menjaga kesehatan, karena cuaca antara Indonesia dan Jerman sangat mencolok perbedaannya. “Perhatikan pola makan, jangan lupa konsumsi vitamin yang dibutuhkan,” dia menambahkan.
Apabila membutuhkan rekreasi, kata Tigor, para pelatih akan disediakan waktu untuk rekreasi oleh Federasi Atletik Jerman.
“Nanti ada waktunya sendiri, kalau bisa para pelatih jangan berpikir beli oleh-oleh dulu, yang penting belajar dengan baik biar bisa diterapkan di sini (Indonesia),” Tigor mengakhiri pembicaraan.
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Eben E. Siadari
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...