Pelita Nurani
Engkaulah pemilik segenap kuasa!
SATUHARAPAN.COM – Entah kapan saya mulai mengenali percik kecil pelita nurani… yang terangnya membimbing saya menjalani kehidupan. Dan suaranya yang lembut, namun tegas, memberikan peringatan pada setiap persimpangan jalan….
Mungkin… bertahun-tahun silam… ketika saya masih mahasiswa baru, yang sedang menghadapi ujian semester pertama. Ketika gerakan tangan di atas kertas ujian tiba-tiba terhenti… tidak dapat melanjutkan lagi… karena sebuah istilah terlupakan.
Di dekat kaki saya, di dalam tas yang terbuka adalah catatan kuliah lusuh… yang telah saya baca puluhan kali… saya tahu dengan pasti halaman yang menyimpan istilah yang terlupakan itu. Agar dapat melanjutkan menulis, saya hanya perlu melihat satu atau dua huruf yang mana saja dari istilah itu…. Dan pada saat itulah… jantung saya mulai berdegup kencang… nafas tersendat… keringat membanjiri sekujur tubuh… dan seribu serangga merayapi tulang punggung saya.
Apakah itu suara nurani pertama? Ataukah saya telah melihat kilau kecilnya pada suatu masa di usia yang lebih dini? Entahlah… yang pasti saya mengenalinya… meski tidak yakin selalu berhasil mematuhi peringatannya.
Cahaya dan suara nurani… semua orang memilikinya. Suara Sang Agung dan pelita-Nya yang diberikan kepada kita, menemani ke mana pun kita pergi… dan berkata ”Jangan!” ketika kita akan menyimpang…
Saya tahu cara menjaga nyalanya… yaitu dengan mendengarkannya dan peka akan nyala yang memberikan peringatan itu. Saya tahu pula cara mematikannya… cukup abaikan saja suara dan pelita itu… lagi… dan lagi… dan lagi… sampai suatu saat nyalanya padam… dan bisikannya tidak terdengar lagi.
Pernah terpikirkan… betapa senang bisa bebas dari gangguan suara nurani… saya dapat memperoleh keuntungan di sana-sini. Namun ketika menimbang-nimbang kembali… semua orang tentu menghendaki orang-orang yang dikasihinya memiliki nurani… bahkan ketika ia sendiri tidak memiliki nurani…
Ketika saya memadamkan nyala nurani dan membiarkan relung hati menjadi gelap dan dingin… saya sedang menyakiti hati Sang Pemberi Nurani. Ketika saya berpesta di atas nurani yang mati… orang-orang yang saya kasihi akan menanggung akibatnya juga.
Hari ini saya menyalakan satu… hanya pelita kecil dengan nyala temaram, Tuhan…. Saya tidak selalu dapat menjaganya… tidak pula dapat selalu mendengar suaranya yang lembut… tolong jagakan nyalanya bagi saya…. Karena Engkaulah pemilik segenap kuasa!
Editor: Yoel M Indrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...