Pelosi: Kesepakan Gencatan Senjata dengan Turki Palsu
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Kesepakatan yang dicapai oleh Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan untuk menghentikan serangan militer ke Suriah mendapat tanggapan yang bergam, sekalipun Pasukan Demokrat Suriah (SDF) menyatakan siap mematuhi gencatan senjata itu.
Ketua Kongres AS, Nancy Pelosi, dan pemimpin Senat Demokrat, Chuck Schumer mengatakan bahwa kesepakatan pada hari Kamis (17/10) antara AS dan Turki tentang jeda dalam serangan militer Turki di Suriah timur laut sebagai "palsu."
Perjanjian itu “secara serius merusak kredibilitas kebijakan luar negeri AS dan mengirimkan pesan berbahaya kepada sekutu dan musuh kita, bahwa kata-kata kita tidak dapat dipercaya. Presiden Erdogan tidak memberikan apa-apa, dan Presiden Trump telah memberinya segalanya," kata Pelosi dan Schumer dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP.
Politisi Demokrat di Kongres itu mengatakan bahwa Kongres akan memberikan suara tentang paket sanksi dua pihak terhadap Turki pada pekan depan.
Sementara itu, dari Damaskus diberitakan bahwa pemerintah Suriah melihat perjanjian itu tidak jelas.
Gencatan senjata yang diumumkan AS dan Turki untuk mengakhiri permusuhan di Suriah timur laut dengan pihak Turki "tidak jelas." Hal itu dikata penasihat senior Presiden Suriah Bashar al-Assad kepada TV Al-Mayadeen, hari Kamis, seperti dikutip Reuters.
Penasihat penting al-Assad, Bashaina Shaaban, mengatakan bahwa Damaskus "tidak dapat menerima" Kurdistan Irak lainnya di Suriah. Komentar itu muncul sesaat setelah kesepakatan yang diumumkan oleh Wakil Presiden AS, Mike Pence di Turki.
Shaaban mengatakan "langkah-langkah penting" telah diambil sejauh ini dengan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, tetapi semua masalah yang tersisa tidak dapat diselesaikan sekaligus.
Editor : Sabar Subekti
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...