Pemain City Klaim Radikalisme di Belgia Subur
MANCHESTER, SATUHARAPAN.COM - Pesepak Bola tim nasional Belgia Vincent Kompany yang bermain di Manchester City (Inggris) mengklaim bahwa radikalisme generasi muda merupakan fenomena gunung es, karena di kalangan muda Belgia tumbuh subur karena pemisahan dan sekat-sekat sosial yang dilakukan oleh berbagai politisi Belgia sangat terlihat jelas di tengah-tengah masyarakat dan etnis di Belgia.
“Saya merasa bahwa ini (peristiwa teror Paris, Red) adalah fenomena gunung es yang memuncak dan akhirnya benar-benar bisa diprediksi akan terjadi, dan tak terelakkan lagi, karena saya melihat politisi di Belgia kurang melakukan survei ke penduduk setempat apalagi imigran pendatang,” kata Kompany dalam sebuah wawancara dengan CNN (Cabel News Network), seperti dikutip Sports Mole hari Jumat (27/11).
Pemain bertahan Manchester City ini mengatakan politisi lokal dan pemerintah tidak sejalan dalam menangani warga pendatang.
Dia memberikan pemikirannya tentang krisis terorisme baru-baru ini di Paris dan berimbas kepada pemeriksaan perbatasan yang ketat di Belgia.
Kompany percaya bahwa tindakan terorisme itu bagaikan bom waktu karena radikalisme tidak terpantau dari politisi negara.
“Saya heran karena sekarang malah banyak politisi (di Belgia, Red) yang hanya sebatas seremonial, mereka hadir atau meresmikan sebuah proyek dengan memotong pita merah di acara-acara tertentu, namun mereka malah mengatakan kita telah melakukan dan berjuang untuk masyarakat,” kata Kompany.
“Masalah yang ada di Molenbeek (wilayah di dalam Brussels, Belgia yang terkait dengan para pelaku tindakan terorisme Paris, Red) tidak selalu berkaitan dengan nasionalisme yang berlebihan, tapi yang saya lihat adalah adanya pemisahan (segregasi). Saya khawatir di jaman modern ini segregasi bukan hanya Molenbeek,” Kompany menambahkan.
Beberapa waktu lalu seperti diberitakan AFP, pada Senin (16/11) bahwa Ibrahim Abdeslam (31), yang melakukan aksi bom bunuh diri di Boulevard Voltaire di Paris pada Jumat (13/11), memiliki bar yang bernama Cafe des Beguines, Molenbeek, Brussels.
Kepolisian setempat melakukan penutupan di pintu depan Cafe des Beguines karena kepolisian meyakini bahwa bar tersebut digunakan untuk mengonsumsi narkoba.
“Polisi mengatakan tempat tersebut digunakan untuk mengonsumsi zat halusinogen yang dilarang, tercium bau khas narkoba itu dan ada lintingan rokok ganja di beberapa asbak,” katanya.
Beberapa pengunjung juga kedapatan memiliki narkoba, menurut dokumen tersebut, yang memerintahkan penutupannya selama lima bulan mulai dari 5 November hingga 4 April 2016.
Salah satu adik Ibrahim Abdeslam, Salah, diyakini sedang dalam pelarian dan diburu oleh polisi Prancis atas keterlibatannya dalam serangan di Paris yang menewaskan 129 orang. (sportsmole.co.uk/AFP).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...