Pemain NBA Asal Turki Dapat Ancaman
MASSACHUSETTS, SATUHARAPAN.COM - Pemain basket NBA asal Turki, Enes Kanter, mengatakan bahwa dia mendapat ancaman dan ejekan dari dua orang pria Turki di luar masjid, di Massachusetts, pada hari Jumat pekan lalu.
Kanter adalah warga Turki yang terang-terangan mengritik pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dia mengatakan adanya ancaman dan pelecehan itu dalam sebuah wawancara dengan media Arab Saudi, Al Arabiya.
Kanter merekam insiden itu dan membagikan videonya di media sosial. Video itu memperlihatkan dua pria, yang digambarkan sebagai pendukung Erdogan, menunggu di luar Masyarakat Islam Boston di Cambridge ketika Kanter meninggalkan gedung.
Kanter mengatakan kedua pria Turki itu mengutuknya, mengancamnya dan menyebutnya sebagai "pengkhianat."
“Ini terjadi pada shalat Jumat. Saya terkejut melihat preman di luar dan secara verbal menyerang saya,” katanya.
“Saya berbicara tentang demokrasi dan hak asasi manusia (untuk orang-orang Turki) dan mereka membencinya. Jadi, mereka pikir saya pengkhianat. Saya mencintai negara saya. Saya berjuang untuk kebebasan berbicara dan demokrasi di tanah air saya," kata Kanter.
Meskipun mendapat reaksi keras, Kanter sering menggunakan platform publiknya untuk mengkritik kebijakan Erdogan dan pemerintahan Turki yang dinilainya otoriter. Dia menerima sebagian besar ancaman melalui online, tetapi pada hari Jumat ancaman disampaikan di luar tempat ibadatnya.
"Mereka tidak tahan dengan saya mempraktikkan kebebasan saya di Amerika. Saya seharusnya tidak merasa tidak nyaman atau tidak aman saat mengkritik siapa pun, tetapi sayangnya bahkan di Amerika mereka membuat saya merasa tidak aman," kata Kanter.
Pindah ke AS
Kanter menjadi kritikus politik sejak 2013, ketika Erdogan mulai menutup pusat persiapan perguruan tinggi swasta di Turki. Tindakan keras itu dilihat sebagai langkah melawan ulama populer Fethullah Gulen, yang didukung Kanter. Dia terlibat dalam protes terhadap otoritarianisme Erdogan di Gezi Park, Istanbul.
Pada Mei 2016, Kanter, setelah pindah dari Turki ke AS pada usia 17 tahun, kanter kemudian bermain untuk Oklahoma City, Thunder. Dia dituduh telah menghina Erdogan di akun Twitter-nya. Pemerintah Turki mengeluarkan surat perintah penangkapannya yang dikenal sebagai "red notice" melalui Interpol.
"Jaksa di Turki mendakwa saya selama empat tahun dipenjara karena 'menghina' Erdogan - yang pantas menerima setiap kritik atas namanya yang melanggar hak asasi manusia dan demokrasi," kata Kanter.
Keluarga Kanter yang tinggal di Turki, juga menjadi sasaran oleh negara. Ayah Kanter dipecat dari jabatannya sebagai profesor di sebuah universitas selama pembersihan pegawai negeri pada tahun 2016. Ketika itu, puluhan ribu orang ditangkap atau diberhentikan dari pekerjaan pemerintah. Ribuan organisasi media atau kelompok masyarakat sipil ditutup, dalam sebuah tindakan keras menyusul kudeta militer yang gagal melawan pemerintah Erdogan.
Ayahnya juga dipenjara selama sepekan karena status politik Kanter. Kanter belum bisa berkomunikasi dengan orangtua atau saudara perempuannya di Turki sejak rumah keluarga mereka digerebek pada 2016. Dia belum melihat mereka dalam empat tahun.
Kanter sendiri telah dibuat menjadi tanpa kewarganegaraan (stateless) sebagai akibat dari kritiknya. Pada 2017, saat melakukan tur ke seluruh dunia untuk yayasan amal Enes Kanter, Kanter ditahan di bandara Rumania setelah pihak berwenang mengatakan paspornya tidak sah. Turki telah mencabut paspor Kanter, menjadikannya tanpa kewarganegaraan.
Kanter juga telah melaporkan menerima ancaman pembunuhan di Turki dan AS, negara yang mengadopsinya. Dia mengatakan bahwa pejabat pemerintah AS dan penegakan polisi, serta rekan tim NBA, pelatih, dan penggemar, telah sangat membantunya dalam situasi ini.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...