Pemandangan Projek Reklamasi Teluk Jakarta dari Udara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemandangan projek reklamasi Teluk Jakarta dari atas udara yang menunjukkan sudah terlihat daratan luas tersebar di sekitar pinggi pantai. Projek yang diduga ada indikasi kerusakan pada lingkungan tersebut membuat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan turun tangan mengawasi projek reklamsai Teluk Jakarta, berdasarkan Pasal 73 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, hari Senin (20/4).
Sementara itu, lembaga konservasi lingkungan hidup Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai pelaksanaan projek reklamasi di Teluk Jakarta dan beberapa di daerah lain akan menghancurkan ekosistem di wilayah tempat diambilnya pasir urukan untuk membentuk pulau-pulau buatan.
“Kemarin kami mendapat laporan dari nelayan Serang, mereka mengeluhkan aktivitas pengambilan pasir di Pulau Tunda untuk reklamasi Teluk Jakarta yang telah menyebabkan ekosistem, termasuk terumbu karang sebagai tempat mencari makan ikan,” kata Kenzo, Staff Kajian Walhi dalam diskusi yang digelar pada hari Rabu (20/4).
Untuk membangun 17 pulau buatan melalui reklamasi di pantai utara Jakarta dengan total luas 5.153 hektare setidaknya dibutuhkan sekitar 3,3 juta ton meter kubik pasir laut. Tidak hanya itu, aktivitas reklamasi yang disebut sebagai projek rekayasa lingkungan tanpa memperhatikan Teluk Jakarta, juga berpotensi menghancurkan ekosistem di Kepulauan Seribu yang terdiri dari 108 pulau.
“Perubahan arus akan menggerus gugusan pulau-pulau sangat kecil tersebut yang jaraknya dekat dengan Teluk Jakarta, akibatnya pulau ini akan rusak bahkan lenyap,” ujar Kenzo.
Padahal di dalam gugusan Kepulauan Seribu tersebut ada namanya Pulau Onrust yang merupakan salah satu situs sejarah pada zaman Belanda yang kemungkinan besar terkena dampak dari projek reklamasi Teluk Jakarta tersebut. (Ant).
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...