Pembalasan Paul Pogba
Kenyataan bahwa mereka menolak berarti tempat mereka memang tidak cukup besar untuk menampung kapasitas kita.
SATUHARAPAN.COM – Paul Labile Pogba, pesepakbola asal Perancis, masuk akademi Manchester United (MU) sebagai pemain muda berbakat pada 2010. Setahun kemudian, saat usianya baru 18 tahun, ia berhasil menembus skuat utama MU. Sayangnya di sana ia tidak berkembang. Pasalnya, Sir Alex Ferguson, bos MU ketika itu, tidak menyukai gaya permainannya. Alhasil ia pun tersingkir. Pada 2012 ia dilepas ke Juventus hanya dengan 800 ribu pound.
Di Juventus, Pogba segera ”nyetel”, bahkan menjelma menjadi sosok penting. Ia selalu menjadi pilihan utama. Respek dan kepercayaan Massimiliano Allegri, bos Juventus, ia bayar tuntas. Pada 2013 Pogba terpilih sebagai pemain muda terbaik Eropa. MU kemudian merekrutnya kembali pada 2016. Dan untuk itu mereka harus membayar 110 juta euro. Artinya, lebih dari 100x lipat.
Begitulah pembalasan terbaik dari sebuah penolakan atau penghinaan. Tidak dengan kemarahan dan kebencian, tetapi dengan membuktikan bahwa mereka telah salah menilai kita. Kenyataan bahwa mereka menolak berarti tempat mereka memang tidak cukup besar untuk menampung kapasitas kita.
Hukum ini berlaku di mana saja dan untuk siapa saja: mahasiswa yang ditolak sebuah perguruan tinggi, karyawan yang dihina oleh perusahaan lamanya, (calon) pendeta yang tersingkir dari jemaatnya, atau pun kamu yang ditampik oleh Si Doi.
Kuncinya, seperti Paul Pogba—never give up, keep strong, and do the best.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...