Pembangunan Giant Sea Wall Segera Direalisasikan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan pembangunan "giant sea wall" Jakarta segera direalisasikan sebagai salah satu upaya penanggulangan banjir yang setiap tahun melanda ibu kota tersebut.
"Kami harapkan dapat segera dimulai pembangunannya pada tahun ini," katanya ketika meninjau tempat pengungsian warga korban banjir Kampung Pulo di Jakarta, Sabtu (18/1).
Turut dalam kunjungan tersebut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan serta mantan anggota DPR RI yang juga politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Didik J Rachbini.
Hatta mengatakan, pembangunan giant sea wall tersebut merupakan kebijakan jangka panjang sebagai upaya penanggulangan banjir di Jakarta, sementara itu juga diperlukan kebijakan jangka pendek dan menengah.
Disinggung anggaran diperlukan untuk pembangunan tembok penahan gelombang laut tersebut, Hatta tidak menyebutkan angka secara pasti namun demikian diharapkan mampu diselesaikan sekitar 2019-2020.
"Ini harus dilakukan secara kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta," katanya.
Pada kesempatan itu, Hatta menyatakan, curah hujan yang sangat tinggi kali ini merupakan faktor utama penyebab banjir di Jakarta maupun sejumlah kota lainnya di Indonesia.
Sementara itu Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyatakan perlunya melakukan rehabilitasi penanaman pohon secara besar-besaran sebagai upaya mengantisipasi bencana banjir di masa mendatang.
"Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan secara bersama-sama upaya rehabilitasi tanam pohon secara besar-besaran," katanya.
Zulkifli mengakui curah hujan yang tinggi di atas rata-rata pada tahun ini menjadi penyebab utama banjir di sejumlah wilayah tanah air, namun demikian kondisi lingkungan yang telah rusak juga turut mempengaruhi terjadinya bencana tersebut.
Dia mencontohkan banyak pembangunan di perkotaan yang tidak memperhatikan lingkungan bahkan mengakibatkan kerusakan seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berfungsi sebagai resapan air jika meluap.
Begitu juga, tambahnya, tempat-tempat kemiringan tertentu juga sudah berubah karena digunakan untuk pengembangan kota-kota baru, padahal merupakan sumber serapan air.
"Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan daerah aliran sungai ini," katanya.
Selain itu, Zulkifli juga mengingatkan perlunya ruang tertutup hijau di setiap perkotaan minimal 30 persen sedangkan saat ini rata-rata di bawah angka tersebut seperti di Jakarta hanya 5 persen dan Manado diperkirakan hanya 15 persen. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...