Pemberontak Uganda Serang Sekolah, Bunuh 25 Orang
Kelompok pemberontak ini berafiliasi dengan ISIS.
KAMPALA, SATUHARAPAN.COM-Terduga pemberontak Uganda yang memiliki hubungan dengan kelompok Negara Islam (atau ISIS) menyerang sebuah sekolah di dekat perbatasan Kongo, menewaskan sedikitnya 25 orang, menculik orang lain dan membakar asrama, kata para pejabat hari Sabtu (17/6).
Polisi mengatakan pemberontak dari Allied Democratic Forces, yang telah melancarkan serangan selama bertahun-tahun dari markas mereka di Kongo timur yang bergejolak, melakukan serangan pada hari Jumat malam di Sekolah Menengah Lhubiriha di kota perbatasan Mpondwe.
Sekolah tersebut, milik bersama dan milik pribadi, terletak di distrik Kasese, Uganda, sekitar dua kilometer (1,2 mil) dari perbatasan Kongo. “Sebuah asrama dibakar dan toko makanan dijarah. Sejauh ini 25 jenazah telah ditemukan dari sekolah dan dipindahkan ke Rumah Sakit Bwera,” kata polisi dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa delapan lainnya dalam kondisi kritis.
Seorang pejabat pemerintah dan seorang juru bicara militer mengatakan bahwa yang lainnya diculik. Belum jelas apakah semua korban adalah pelajar.
Polisi mengatakan pasukan Uganda melacak penyerang ke Taman Nasional Virunga Kongo. Militer menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Uganda di dalam Kongo “sedang mengejar musuh untuk menyelamatkan mereka yang diculik.”
Joe Walusimbi, seorang pejabat yang mewakili presiden Uganda di Kasese, mengatakan kepada The Associated Press melalui telepon bahwa pihak berwenang berusaha memverifikasi jumlah korban dan mereka yang diculik. "Beberapa mayat terbakar tanpa bisa dikenali," katanya.
Winnie Kiiza, seorang pemimpin politik yang berpengaruh dan mantan anggota parlemen dari wilayah tersebut, mengutuk "serangan pengecut" di Twitter. Dia mengatakan “serangan terhadap sekolah tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak,” menambahkan bahwa sekolah harus selalu menjadi “tempat yang aman bagi setiap siswa.”
Pasukan Demokratik Sekutu, atau ADF, telah dituduh melancarkan banyak serangan dalam beberapa tahun terakhir, menargetkan warga sipil, di bagian terpencil Kongo timur. ADF telah lama menentang kekuasaan Presiden Uganda, Yoweri Museveni, sekutu keamanan Amerika Serikat yang berkuasa sejak 1986.
Kelompok tersebut didirikan pada awal 1990-an oleh beberapa Muslim Uganda, yang mengatakan bahwa mereka telah dikesampingkan oleh kebijakan Museveni. Pada saat itu, para pemberontak melancarkan serangan mematikan di desa-desa Uganda serta di ibu kota, termasuk serangan tahun 1998 di mana 80 mahasiswa dibantai.
Serangan militer Uganda kemudian memaksa ADF masuk ke Kongo timur, di mana banyak kelompok pemberontak dapat beroperasi karena pemerintah pusat memiliki kendali yang terbatas di sana. Kelompok itu sejak itu menjalin hubungan dengan kelompok Negara Islam (ISIS).
Pada bulan Maret, sedikitnya 19 orang tewas di Kongo oleh tersangka ekstremis ADF.
Otoritas Uganda selama bertahun-tahun telah berjanji untuk melacak militan ADF bahkan di luar wilayah Uganda. Pada tahun 2021, Uganda meluncurkan serangan udara dan artileri bersama di Kongo terhadap kelompok tersebut. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...