Pembicaraan Damai Suriah Mulai 14 Maret
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Suriah, menyatakan telah mrndapat undangan untuk pembicaraan damai di Jenewa, Swiss pada 14 Maret. Sementara pihak oposisi mengatakan masih mempertimbangkan apakah akan menghadirinya meskipun ada gencatan senjata yang luas di sana.
Pihak PBB berharap memulai kembali pembicaraan damai yang gagal bulan lalu, untuk menghentikan pertempuran yang telah berlangsung lima tahun di negeri itu. Gencatan senjata yang disepakati belakangan ini telah secara signifikan menurunkan kekerasan.
Sebuah sumber yang dekat dengan delegasi rezim Suriah, pada hari Senin (7/3) mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya telah diundang untuk putaran baru pembicaraan yang mulai 14 Maret di Swiss.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura berharap pembicaraan dapat dimulai dari hari Kamis (10/3), tetapi tampaknya perlu persiapan beberapa hari untuk negosiasi.
Akan Datang
Rezim Presiden Bashar Al-Assad menyatakan bersedia ambil bagian dalam pembicaraan. Namun pihak oposisi menyampaikan sinyal yang belum jelas apakah akan menghadiri putaran terakhir ini. Kepala Komite Tinggi Negosiasi (NHC) yang berbasis Riyadh, Riad Hijab, hari Senin menolak untuk terlibat pembicaraan.
"HNC akan menilai situasi dalam beberapa hari mendatang dan kami akan mengambil keputusan yang tepat," katanya kepada wartawan.
Hijab mengatakan delegasi kecil HNC akan ke Jenewa "dalam dua hari ke depan" untuk bertemu gugus tugas internasional memantau gencatan senjata.
Pernyataan Hijab ini menjadi langkah mundur, karena sebelumnya juru bicara HNC, Riad Naasan Agha, mengatakan delegasi oposisi akan tiba pada hari Jumat untuk mengambil bagian dalam pembicaraan.
Gencatan Senjata
Gencatan senjata antara pasukan pemerintah dan pemberontak di Suriah adalah bagian dari upaya diplomatik terbesar untuk menghentikan perang saudara yang menewaskan lebih dari 270.000 orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi.
Para pengamat mengatakan gencatan senjata terjadi parsial, dan tidak berlaku untuk kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) dan Front Al-Nusra yang berafiliasi dengan Al-Qaeda. Sebagian besar menjalankan gencatan senjata meskipun sebelumnya ada sikap skeptisis.
Kelompok pengamat dari Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah yang berbasis di Inggris, mengatakan, hari Minggu (6/3) telah menjadi "hari paling tenang" di Suriah sejak gencatan senjata dimulai.
Kepala Observatorium, Rami Abdel Rahman, kepada AFP mengatakan bahwa rata-rata jumlah kematian warga sipil setiap hari telah turun 90 persen sejak gencatan senjata mulai berlaku, dengan penurunan 80 persen di antara tentara dan pasukan pemberontak.
Pihak Rusia justru yang sering disebut melanggar kesepakatan. Pesawat Rusia yang terus melakukan serangan udara terhadap NIIS dan Front Al-Nusra di tiga provinsi, termasuk Raqa, basis utama NIIS.
Rusia melancarkan seragan udara pada September dan menyebut menargetkan "teroris," tetapi banyak tuduhan serangan itu untuk mendukung pasukan Al Assad dalam memukul pemberontak non-jihad.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...