Pembicaraan Nuklir Iran Terus Bergulir Jelang Tenggat Waktu
SWISS, SATUHARAPAN.COM – Iran dan enam negara adidaya terus melakukan upaya negosiasi untuk mencoba dan menyelesaikan kesepakatan untuk mengelola program nuklir Teheran, dua hari menjelang batas waktu pada 31 Maret 2015.
Menteri luar negeri dari semua negara yang disebut P5+1 negara yang merupakan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman tiba di kota Swiss Lausanne selama akhir pekan menjelang pertemuan penuh dengan Menteri Luar Negeri Iran pada Senin (30/3) pagi.
Seperti diskusi antara beberapa menteri pada Minggu (29/3), Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan kesepakatan itu telah menjadi salah satu “yang menempatkan sebuah bom di luar jangkauan Iran”.
“Tak mungkin kompromi tentang hal itu. Jadi jika kita ingin ini selesai dalam beberapa jam ke depan, Iran perlu mengambil napas dalam-dalam dan membuat beberapa keputusan sulit untuk memastikan bahwa benang merah tersebut dapat terpenuhi.”
Iran telah menyatakan optimisme bahwa setelah 18 bulan perundingan yang berliku dan dua kali tenggat waktu yang tidak terjawab, terobosan mungkin saat ini akan diputuskan.
“Mendapatkan kesepakatan bisa dilakukan. Solusi telah ditemukan untuk berbagai pertanyaan. Kami masih bekerja pada dua atau tiga isu. Pembicaraan ada di tahap akhir dan ini sangat sulit,” kata Kepala Perunding Iran Abbas Araqchi.
Menurut Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier telah ada beberapa kemajuan dan kemunduran dalam pembicaraan pada Minggu (29/3) tapi dia mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk “krisis terjadi lebih lanjut dalam negosiasi ini”.
Dengan batas waktu pada Selasa (31/3), para menteri luar negeri berniat untuk menghasilkan sebuah garis kesepakatan akhir yang akan dinegosiasikan pada akhir Juni tahun ini.
Reporter Al Jazeera James Bays mengatakan bahwa salah satu isu yang mencuat adalah setiap penelitian masa depan dan pengembangan program nuklir Iran.
“AS berusaha setidaknya telah melakukan suspensi 10 tahun untuk perkembangan nuklir tersebut, namun, beberapa negara lain yang tergabung dalam enam negara adidaya sedang bernegosiasi untuk waktu yang lebih lama sekitar 11 hingga 15 tahun,” kata dia.
Dalam laporan tersebut mengatakan bahwa Iran ingin sanksi sepenuhnya diangkat sesegera mungkin, sementara enam negara adidaya sedang mencari lebih banyak jaminan untuk kesepakatan.
“Mereka mengatakan mereka harus memiliki sesuatu di sana untuk menjamin pelaksanaan kesepakatan itu,” kata Bays. “Mereka ingin apa yang disebut sebagai sanksi snapback di bawah PBB yang dapat dihidupkan kembali dalam kasus ketidakpatuhan.”
Pertanyaan Masih Ada
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan dalam sebuah postingannya di Facebook pada Sabtu (28/3) malam bahwa pembicaraan telah menjadi lebih rumit dengan kedatangan para menteri luar negeri.
“Kami telah membuat kemajuan menuju solusi yang dapat diterima, namun beberapa pertanyaan penting masih ada,” kata dia.
Para pihak telah sepakat untuk sementara bahwa Iran akan menjalankan tidak lebih dari 6000 sentrifugal di situs enrichment utama untuk setidaknya 10 tahun dengan perlahan-lahan mengurangi pembatasan selama lima tahun ke depan untuk program tersebut dan wilayah Teheran lain bisa digunakan untuk membuat bom.
Nasib sebuah bunker bawah tanah benteng yang sebelumnya digunakan untuk enrichment uranium juga mendekati resolusi.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry membatalkan rencananya untuk kembali ke AS dalam acara penghargaan rekan Senatnya terdahulu Edward Kennedy dan tetap tinggal untuk melanjutkan pembicaraan nuklir yang sedang berlangsung di Swiss.
Enam negara adidaya yang meliputi AS, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok dan Jerman telah terlibat dalam negosiasi mencari ukuran balik program nuklir Teheran dengan pertukaran untuk bantuan sanksi.
Barat mencurigai program nuklir Iran ditujukan untuk tujuan militer tetapi Teheran mengatakan program tersebut dibangun untuk pembangkit listrik. (aljazeera.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...