Pemerintah Buka 86 Ribu Hektare Lahan Baru untuk Produksi Jagung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Indonesia akan meningkatkan produksi jagung nasional. Upaya dari hulu hingga hilir dilaukan termasuk dengan membuka lahan baru di berbagai daerah, intensifikasi dan pemasaran.
Presiden Joko Widodo mendorong jajarannya untuk meningkatkan produksi jagung nasional yang disampaikian dalam rapat terbatas bersama jajarannya di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022.
“(Pemerintah) akan meningkatkan produksi jagung nasional di daerah, yaitu Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara, dengan total luas lahan 141 ribu hektare dan 86 ribu (hektare) merupakan lahan baru,” kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam, keterangannya selepas mengikuti rapat.
Dengan harga jagung global berada di angka USD 335 per ton atau setara Rp 5.000 per kilogram, Presiden mengarahkan agar dilakukan peningkatan produksi, termasuk dengan ekstensifikasi dari lahan yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan dalam ekstensifikasi adalah dengan mendorong bibit GMO (hasil rekayasa genetik) ataupun hibrida.
“Pemerintah sudah mendorong bibit unggul hibrida jagung yang bisa memproduksi antara 10,6-13,7 ton per hektare. Ada 14 varietas antara lain Pertiwi 3 F1, Bisi, kemudian ada NK Perkasa, ada Singa, ada Bima, ada Dahsyat, ada P36 dan yang lain. Artinya hibrida ini berbasis hibrida nasional, nanti Pak Mentan akan melakukan perubahan terhadap regulasi terkait dengan GMO,” katanya.
Di samping itu, Presiden Jokowi juga mengarahkan agar untuk pengembangan pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) bisa menggunakan kredit dari perbankan. Menteri Pertanian nantinya akan menyiapkan kelompok-kelompok tani untuk mendapatkan kredit usaha kecil dan menengah dari perbankan.
“KUR yang kemarin itu Rp 373 triliun, untuk tahun depan juga kita naikkan menjadi sekitar Rp 460 triliun. Jadi, ruangnya cukup besar untuk mendorong ekstensifikasi bagi petani jagung,” katanya.
Produksi jagung nasional diharapkan meningkat sesuai dengan permintaan dan kebutuhan di dalam negeri maupun di luar negeri. “Kita ketahui beberapa negara, China produksi besar tapi ekspornya terbatas. Yang ekspor masih cukup besar adalah India, namun India ini bisa stop ekspor juga. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengekstensifikasi sehingga rata-rata yang sekarang per hektare-nya adalah lima ton itu bisa ditingkatkan menjadi 10-13 ton per hektare,” ucap Airlangga.
Indonesia Sudah Tidak Impor Jagung
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa saat ini pemerintah bukan hanya sudah tidak impor beras, melainkan jagung juga, kecuali untuk kebutuhan industri. Menurutnya, produksi jagung saat ini yang berada di atas 18 juta ton melebihi kebutuhan nasional yang berada pada angka 14,7 juta ton.
“Kita sebenarnya overstock-nya cukup. Tetapi Bapak Menko memberikan penggarisan, kebutuhan nasional menjadi sangat penting. Nanti, sesudah kita lihat apa-apa yang memang harus dilakukan, barulah kita berpikir untuk meningkatkan ke langkah-langkah berikutnya, baik ekspor maupun peningkatan kebutuhan industri dalam negeri kita,” kata Syahrul.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...