Pemerintah Indonesia Bantu Korban Kekeringan Namibia
WINDHOEK, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Windhoek, Namibia membantu korban bencana kekeringan di Namibia, Afrika. Bantuan ini dalam rangka memperingati HUT Republik Indonesia ke-68, KBRI Windhoek menyelenggarakan acara Bakti Sosial untuk membantu korban bencana kekeringan di Namibia, pada Kamis (15/8), bantuan tersebut diserahkan Dubes RI, Agustinus Sumartono kepada Sekjen Namibia Red Cross Society (NCRS), Dorkas Kapembe-Haiduwa di kantor NCRS di Windhoek.
Acara bakti sosial ditandai dengan penyerahan bantuan kepada Namibia Red Cross Society (NCRS) (Bantuan dana sebesar 80.000 dolar Namibia (sekitar Rp. 80 juta)
KBRI senantiasa ingin berkepentingan membantu misi NRCS dan diharapkan ke depan membantu program-program bantuan kemanusiaan NRCS.
Dubes RI Agustinus Sumartono menyatakan bahwa bantuan ini merupakan wujud simpati dan solidaritas Indonesia pada masyarakat Namibia yang menjadi korban bencana kekeringan. "Meskipun jumlah bantuan tidak terlalu besar, namun diharapkan dapat membantu meringankan beban para korban,” kata Agustinus Sumartono.
Dubes RI juga menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan pernah melupakan bantuan yang diberikan Namibia kepada Indonesia saat terjadinya bencana Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara pada tanggal 26 Desember 2004.
Dalam sambutannya, Haiduwa menyampaikan terima kasih atas bantuan kemanusiaan yang diberikan KBRI dan berharap semakin banyak pihak yang mengikuti jejak KBRI membantu meringankan beban korban bencana kekeringan terburuk dalam 30 tahun terakhir. Bencana kekeringan di Namibia tahun ini sangat berdampak pada kondisi kehidupan sosial masyarakat Namibia, khususnya para petani, peternak.
Laporan dari washingtonpost.com yang terjadi di Namibia sekarang adalah gagalnya panen dan pertanian, setidaknya 780,000 penduduk Namibia, terkategorikan sebagai negara rawan pangan, yang berarti bahwa mereka tidak dapat mengandalkan akses konsisten untuk makanan.
Angka tadi juga mewakili anak-anak usia bawah lima tahun yang jumlahnya 105.000 jiwa. Kelaparan menjadi masalah bagi anak-anak Namibia, 29 persen di antaranya telah terhambat pertumbuhan karena kekurangan nutrisi. Karena kekurangan nutrisi tersebut, akan berpengaruh kepada perkembangan fisik dan mental permanen.
Menurut data FAO pada bulan Mei, sebanyak 400.000 jiwa beresiko kelaparan, naik dari 300.000 jiwa. Pemerintah memperingatkan bahwa mungkin tidak ada cukup air bagi rakyat negara itu, apalagi ternak, yang dapat memperpanjang krisis. Namibia sangat kering dan rentan dampak perubahan iklim. (kemlu.go.id/washingtonpost.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...