Pemerintah Perkuat SDM Raja Ampat Atasi Kemiskinan Parah
Menpar menegaskan yang paling penting dari ketiga hal tersebut ialah langkah Pemerintah dimulai dari memperkuat masyarakat dan komunitas yang ada di Kepulauan Raja Ampat, serta kemudian memperkuat tempat wisata yang ada di sana dengan mengundang para investor.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, mengatakan Pemerintah terus memperkuat sumber daya manusia (SDM) masyarakat di Kepulauan Raja Ampat dengan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Arief Yahya tidak menampik dan juga tidak mengiakan di balik promosi dahsyat tujuan wisata Raja Ampat di Papua, terdapat kemiskinan parah dan rakyat yang merasa ditinggalkan seperti dikatakan oleh Asmiati Malik, kandidat doktor di University of Birmingham, Inggris, berdasarkan kunjungan untuk penelitiannya ke Raja Ampat belum lama ini.
Menpar mengatakan, bahwa Pemerintah Pusat memahami situasi masyarakat di Kepulauan Raja Ampat. Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah melakukan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan memperkuat masyarakat yang berlokasi di barat bagian Kepala Burung Pulau Papua itu.
"Oke. Jadi kita paham itu. Lalu kita sekarang, strategi kita yang terbaru sustainable tourism development (pengembangan pariwisata berkelanjutan), termasuk Raja Ampat. Saya sudah baca juga report itu," kata Arief Yahya menjawab pertanyaan satuharapan.com di Kantor Staf Presiden, Jakarta, hari Selasa (25/10).
"Jadi apa itu sustainable tourism development, kita harus selalu start (mulai) dari komunitas. Oleh karenanya ketika saya ke sana sama Pak Presiden (Joko Widodo), itu yang kita bantu pertama adalah masyarakatnya," dia menambahkan.
Menpar menjelaskan, tiga fokus utama yang dilakukan Pemerintah untuk masyarakat kepulauan Raja Ampat di antaranya membangun pusat layanan selam (dive center), memberikan pelatihan bagi dive master, dan perpanjangan Bandar Udara Mandira di Distrik Waigeo.
"Jadi ada diving center di sana. Ada tiga yang diberikan, salah satunya adalah dive master, dive center yang kita berikan. Lalu yang ketiga adalah bandara," sebutnya.
Menpar menegaskan yang paling penting dari ketiga hal tersebut ialah langkah Pemerintah dimulai dari memperkuat masyarakat dan komunitas yang ada di Kepulauan Raja Ampat, serta kemudian memperkuat tempat wisata yang ada di sana dengan mengundang para investor.
"Point saya adalah kita start dari masyarakat. Masyarakatnya kita perkuat, komunitasnya kita perkuat, baru destinasinya kita perkuat, dan kita baru akan ada investor," kata Arief Yahya.
Menpar mengatakan, sudah ada sejumlah investor yag tertarik berinvestasi di kepulauan yang merupakan salah satu tempat menyelam terbaik di dunia itu.
"Sudah ada investor yang tertarik untuk investasi di sana," kata dia.
Sebelumnya, menulis di The Conversation, sebuah media online yang mengkombinasikan laporan akademis dengan gaya jurnalistik, Asmiati membandingkan demikian gegap gempitanya promosi pariwisata tentang Raja Ampat secara global dengan tak banyaknya yang mengetahui bahwa rakyat di sana hidup dalam tingkat kemiskinan yang parah, terasing dan merasa ditinggalkan.
Dahsyatnya pariwisata Raja Ampat dapat terlihat sampai ke Time Square di New York. Sepanjang Oktober, sebuah billboard besar dengan gambar pemandangan di Raja Ampat digelar, dengan tagline, "escape to a magical place."
Daya tarik gambar itu, menurut Asmiati, menyembunyikan kemiskinan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau di Raja Ampat.
Baca juga: Kemiskinan Parah di Balik Dahsyatnya Promosi Raja Ampat
Rumah penduduk di Raja Ampat. (Foto: Adam Howarth/Flickr, CC BY-NC-ND)
Bagi yang belum akrab dengan destinasi wisata ini, Raja Ampat adalah sebuah gugusan pulau-pulau di semenanjung Kepala Burung Papua Barat. Ia merupakan salah satu tempat menyelam terbaik di dunia. Ikan tropis warna-warni dapat terlihat dengan mata telanjang di lingkungan lautnya yang masih murni dengan keanekaragaman hayati yang masih alami.
Namun, bila bagi para wisatawan ia merupakan surga dunia, bagi 20 persen dari 45.000 penduduknya, kemiskinan dan ketertinggalan adalah kehidupan sehari-hari. Menurut Asmiati, akses mereka sangat terbatas terhadap kesehatan, pendidikan, dan pasar.
Asmiati mengutip data tahun 2015, yang mengatakan empat dari tiap lima rumah tangga di Raja Ampat menghabiskan rata-rata US $ 65 per bulan hanya untuk makanan dan barang konsumsi lainnya. Itu 10 persen lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Penyebabnya, biaya hidup di pulau-pulau itu begitu tinggi.
Jauh Dari Mana-mana
Dibutuhkan sekitar delapan jam untuk mencapai Raja Ampat dari Jakarta. Dari Sorong, sebuah perjalanan dengan feri diperlukan untuk sampai ke pulau Waigeo, salah satu dari empat pulau utama dari 1.800 pulau di Raja Ampat.
Waisai, ibu kota Raja Ampat, terletak di Waigeo, pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau itu. Di sana ada beberapa cottage, sebagian besar dimiliki oleh elit lokal. Sebagian besar kegiatan pemerintahan dan administrasi Raja Ampat juga berpusat di Waisai. Namun populasinya tersebar di banyak pulau-pulau.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...