Pemerintah Ukraina Ambil Alih Administrasi Katedral Gereja Ortodoks
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Mengemas katedral untuk ibadah Natal Ortodoks, ratusan jemaah mendengar kebaktian di gereja itu dalam bahasa Ukraina, dan ini untuk pertama kalinya dalam beberapa dasawarsa, menjadi sebuah demonstrasi kemerdekaan Gereja Ortodoks Ukraina dari Gereja Ortodoks Rusia.
Didekorasi dengan kaya dengan ikon dan panel emas, katedral, sebagtai bagian dari kompleks yang dikenal sebagai Biara Gua dan Situs Warisan Dunia UNESCO, memasang layar video di luar, karena banyaknya jamaat yang hadir, meskipun suhu sangat dingin minus 10 Celcius (14 F).
Menghadap tepi kanan Sungai Dnieper, kompleks katedral dan biara ini telah menjadi situs ziarah selama berabad-abad. Dan untuk pertama kalinya dalam 31 tahun kemerdekaan Ukraina, kebaktian diadakan dalam bahasa Ukraina. Pasukan tentara Ukraina berseragam termasuk di antara mereka yang menyanyikan lagu-lagu Ukraina yang terkenal.
Ambil Alih Administrasi Katedral
Pemerintah Ukraina pada hari Kamis mengambil alih administrasi Katedral Asumsi di biara Kiev-Pechersk dan mengizinkan Gereja Ortodoks Ukraina menggunakannya untuk kebaktian Natal Ortodoks. Langkah tersebut menyoroti ketegangan jangka panjang antara kedua gereja yang diperburuk oleh perang Rusia di Ukraina.
Katedral dibangun sekitar 1.000 tahun yang lalu kemudian dibangun kembali pada tahun 1990-an setelah dihancurkan dalam Perang Dunia II, berada di bawah kendali Gereja Ortodoks Ukraina, yang sebelumnya memiliki hubungan dengan Gereja Ortodoks Rusia.
“Ini adalah kemenangan pertama” bagi Ukraina, kata Oksana Abu-Akel yang memujinya sebagai langkah signifikan bagi umat Ortodoks untuk memutuskan hubungan dengan Rusia setelah memulai perang lebih dari 10 bulan lalu. “Ini adalah pertama kalinya dalam 300 tahun benar-benar ada layanan kami sendiri di sini. Setiap orang merasakan kegembiraan ini. Ini adalah kemenangan bagi semua warga Ukraina.”
Menteri Kebudayaan Ukraina, Oleksandr Tkachenko, mengatakan pada hari Kamis (5/1) bahwa katedral telah diambil alih oleh negara setelah sewa gereja yang berafiliasi dengan Moskow berakhir pada 31 Desember. Tkachenko menghadiri kebaktian pada hari Sabtu.
“Ini momen yang luar biasa. Sebelumnya tempat ini, di wilayah Ukraina, di Kiev, telah dikaitkan dengan Moskow. Sekarang kami merasa ini milik kami, ini Ukraina. Ini adalah bagian dari bangsa Ukraina,” kata Alex Fesiak, yang menghadiri kebaktian tersebut.
Pesan Terkait Perang
Pada tahun 2019, Gereja Ortodoks Ukraina menerima pengakuan dari Patriark Ekumenis Konstantinopel. Moskow dan sebagian besar patriark Ortodoks lainnya menolak untuk menerima penunjukan yang meresmikan perpecahan dengan gereja Rusia.
Gereja Ortodoks Ukraina (UOC), yang tetap setia kepada patriark Moskow sejak abad ke-17, mendeklarasikan kemerdekaan dari Patriarkat Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina. UOC memberi Moskow sikap dingin dalam liturgi dengan membatalkan peringatan Patriark Kirill Moskow sebagai pemimpinnya dalam ibadah umum dan memberkati minyak sakramennya sendiri daripada menggunakan pasokan Moskow.
Metropolitan Epiphanius, pemimpin Gereja Ortodoks Ukraina, tidak hanya berbicara tentang Natal tetapi juga menyampaikan pesan politik tentang perang.
“Sebagai bangsa, kami berusaha untuk hidup damai, memiliki pemahaman yang baik dengan semua tetangga kami. Tetapi musuh dengan kejam dan licik menghancurkan perdamaian dan menyerbu tanah kami, menumpahkan darah, menabur kematian dan ingin menghancurkan kenegaraan kami dan identitas Ukraina kami,” katanya selama kebaktian.
“Mereka yang menahan kami di penjara tidak dapat menahan pencapaian dan kesuksesan kami,” katanya. “Kedengkian dan kecemburuan iblis mendorong mereka untuk berperang, tetapi mereka pasti akan dikalahkan. Lagipula, kebenaran ada di pihak kita.”
Natalia Levshyna mengatakan suaminya tidak bisa datang ke kebaktian Natal karena dia berjuang di garis depan, tetapi dia akan mengirimkan foto-foto kebaktian karena itu sangat penting baginya. Berasal dari Donbas, dia berkata dia berhenti menghadiri gereja Patriarkat Moskow pada tahun 2014, ketika Rusia mencaplok Semenanjung Krimea dan mendukung konflik di bagian timur Ukraina.
“Emosi kami memuncak,” katanya, hampir tidak menahan air mata, menggambarkan keyakinannya bahwa gereja Ukraina di tanah Ukraina harus independen dari Gereja Ortodoks Rusia. “Gereja kita harus sinkron dengan kebijakan negara. Mereka pasti satu,” kata Levshyna.
Orang lain di Ukraina telah memutuskan untuk menjauhkan diri dari Gereja Ortodoks Rusia dengan merayakan Natal pada 25 Desember.
Penolakan Gereja Ortodoks Rusia
Pada hari Jumat, Gereja Patriarkat Moskow mengutuk rencana Ukraina untuk mengadakan kebaktian di katedral Kiev sebagai "upaya untuk merebut secara paksa ... katedral melalui pemerasan dan informasi yang salah dari masyarakat."
Pada tahun 2019, Gereja Ortodoks Ukraina menerima pengakuan dari Patriark Ekumenis Konstantinopel, tetapi patriark Moskow menolak untuk menerimanya.
Gereja Ortodoks Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan ence dari Patriarkat Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, mengakhiri kesetiaan gereja Ukraina kepada patriark Moskow yang berasal dari abad ke-17.
Gereja Ortodoks Ukraina menghapus Patriark Kirill Moskow sebagai pemimpinnya dalam ibadah umum dan sekarang menggunakan minyak sakramennya sendiri untuk berkat daripada minyak yang dipasok oleh Moskow.
Tetapi badan keamanan Ukraina mengklaim bahwa beberapa orang di gereja Ukraina telah mempertahankan hubungan dekat dengan Moskow. Mereka telah menggrebeg banyak tempat suci gereja dan kemudian memposting foto rubel, paspor Rusia, dan selebaran dengan pesan dari patriark Moskow sebagai bukti bahwa beberapa pejabat gereja setia kepada Moskow.
Pemimpin terkemuka Gereja Ortodoks Ukraina telah menolak tuduhan hubungan dengan Moskow, bersikeras bahwa mereka telah setia mendukung Ukraina sejak awal perang dan tindakan keras pemerintah hanya akan memberikan kudeta propaganda ke Rusia. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...