Pemerintah Waspadai Ketidakpastian Ekonomi Global
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah mewaspadai ketidakpastian ekonomi global yang sewaktu-waktu memberi imbas pada pelemahan pertumbuhan ekonomi.
"Ada pola baru bagaimana negara-negara dapat bernavigasi dengan perubahan yang cepat. Namun ekonomi yang tumbuh, menyebabkan pemerintah mengarahkan fokus baru pada upaya mengendalikan ketidakjelasan," kata Bambang di acara 'Global Research Briefing 2015' di Hotel JW Marriot, Jakarta, Senin (26/1).
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 akan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya yaitu ketidakstabilan pertumbuhan di negara-negara maju dan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya,” kata Bambang.
Dalam pemaparan di hadapan para nasabah Standard Charterd Bank, Bambang mengemukakan bahwa pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi saat ini mengacu kepada kondisi pasar global, terutama dengan keprihatinan turunnya harga minyak dunia.
Bambang mengemukakan pemerintah akan fokus pada penggarapan beberapa sektor penting, antara lain stabilitas makro ekonomi, pelebaran ruang fiskal dan investasi berkesinambungan.
Selain itu, keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) meningkatkan stimulus serta melemahnya harga komoditas di pasar internasional juga turut berpengaruh. Ada pun masalah ekonomi yang paling rentan, kata dia, berasal dari pasar komoditas yang lemah.
"Beberapa barang komoditas kita mengalami penurunan seperti CPO (minyak sawit), karet dan tembaga," Bambang menjelaskan.
Investasi Dijanjikan Meningkat
Bambang Brodjonegoro berjanji akan membuat Indonesia sebagai tujuan yang menarik para investor dalam lima tahun mendatang.
Sebelumnya, dirinya menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2015 akan mencapai 5,6 hingga 5,8 persen. Menanggapi hal tersebut, Bambang mengatakan pemerintah harus optimistis dan berusaha lebih.
"Ya penting gini, pemerintah itu harus optimis dan usaha lebih. Usahanya termasuk dalam alokasi anggaran dan implementasinya," kata mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan ini.
Bambang optimis investasi masuk akan naik sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,8% merupakan target realistis. Sebab alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur sudah sangat besar.
Dia mengatakan, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp155 triliun untuk infrastruktur dan pengentasan kemiskinan.
“Untuk pertama kalinya, anggaran infrastruktur Indonesia lebih tinggi dari anggaran energi,” Bambang mengakhiri penjelasannya.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...