Pemilik ‘Hujan Bulan Juni’ Mutasikan Sajak jadi Novel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penyair kawakan Sapardi Djoko Damono, si pemilik sajak Hujan Bulan Juni, resmi meluncurkan novel hasil mutasi sajaknya yang lahir 1989 lalu. Sajak yang telah bermetamorfosis menjadi berbagai bentuk musikalisasi dan komik ini, kini lahir kembali menjadi kumpulan paragraf yang membentuk rangkaian cerita.
Bak mengimbangi syairnya yang penuh kiasan, Hujan Bulan Juni berjumlah 144 halaman diluncurkan kemarin (15/6) tepat di bulan yang sama dengan judul karya guru besar Universitas Indonesia itu.
“Novel Hujan Bulan Juni berkisah tentang hubungan manusia yang diwarnai perbedaan budaya dan agama. Tentang bagaimana keduanya menyiasati lingkungan sosial dan memberi makna atas kasih sayang. Ada puisi baru juga yang saya tulis di sana,” ungkap Pak Sapardi mengenai novel terbarunya di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Minggu sore.
Sebelum novel ini muncul, penerbit sebelumnya telah meluncurkan karya antologi sajak Sapardi berjudul Hujan Bulan Juni. Antologi sajak itu telah dicetak ulang sebanyak empat kali sejak terbitan pertamanya 2013 lalu.
“Dengan terbitnya novel ini, kami berharap dapat memberi bacaan sastra yang dapat dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat dan menumbuhkan kecintaan pembaca terhadap Sastra Indonesia,” ujar Siti Gretiani, General Manager Gramedia Pustaka Utama di waktu yang sama.
Kesenduan Hujan Bulan Juni nampak secara visual diterjemahkan oleh perancang desain sampul, Iwan Gunawan, Direktur Pascasarjana Institus Kesenian Jakarta (IKJ). Sampul berwarna coklat buram dipadu rona abu-abu dan putih bersimbol tetesan hujan yang menghapus tipis tulisan Hujan Bulan Juni rasanya telah mengaduk emosi calon pembaca sebelum mereka melanjutkan merangsak masuk dalam alur demi alur yang dikisahkan Sapardi.
Terlebih, logo siluet Pak Sapardi di sudut kiri atas sampul buku, yang merupakan simbolisasi perayaan 75 tahun usia beliau pada tahun ini, semakin menegaskan bahwa novel ini adalah karya seorang maestro.
Di usianya yang tak lagi muda ini, di hadapan penggemar tulisannya, Sapardi yang tampil sederhana dengan topi khasnya sempat mengisahkan sepenggal kisah di novelnya lewat story telling. Tepuk tangan riuh menandai karyanya membuat banyak pembaca jatuh cinta.
Singkat Kisah tentang Hujan
‘Hujan Bulan Juni’: Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar saputangan yang telah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...