Pemilu 2014: Caleg Papua Harus Hargai Filsafat Noken
SATUHARAPAN.COM – Hari-hari ini memasuki masa kampanye. Bagaimana suara rakyat dari ujung timur Indonesia, Papua? Titus Pekei, SH, MSi, pendiri, peneliti, penulis dan penggagas noken dari Ekologi Papua Institute memberikan pendapatnya.
Titus mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat tanah Papua menanti kapan mulai kampanye pemilu caleg. Dan, kini tiba hari kampanye, sejak 15 Maret sampai 5 April 2014. Pada 9 April 2014 adalah puncak penentuan hak pilih masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Termasuk, masyarakat adat yang ada di tanah Papua. Menurut Titus, boleh dikatakan masyarakat pemilih di tanah Papua adalah manusia noken yang akan memilih sesuai hak seperti memberikan isi hati lewat pilihan dan tentu para caleg pun akan dinilai sebagai anak noken yang sedang kampanye.
Filsafat Noken
Noken adalah tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada umumnya, tas itu digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian, dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya, yang dibawa dengan kepala, noken itu didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia. Pada 4 Desember 2012, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO.
Tas Noken itu sendiri asli buatan mama-mama di Papua. Tas tradisional noken ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani, dan Bauzi.
Noken Warisan Luhur
Titus mengaitkan noken sebagai warisan budaya luhur dan menjadi warisan budaya dunia dalam nuansa demokrasi. Sebab, noken adalah masalah harkat pilihan manusia yang terlahir dalam budaya noken, seperti memberikan hasil isian dari dalam noken kepada sesamanya. Ini sama dengan menentukan hak pilih, siapa yang akan dipilih ada dalam diri lewat suara hati.
Untuk itu, pada masa kampanye caleg DPR, DPD, DPRD harus menentukan pilihan secara tepat tanpa salah pilih dan bahkan menimbulkan masalah dalam menentukan pilihan bagi caleg mendatang.
Menurut Titus, yang menjadi perhatian masyarakat Papua bukan sekadar akhir kampanye, melainkan apa yang bisa dilakukan para caleg setelah lolos atau duduk sebagai DPR, DPD, DPRD dari dapil masing-masing. Caleg akan dihormati dan dihargai lewat visi-misinya untuk rakyat sebagai wakil rakyat di tanah Papua.
Titus menegaskan, masa kampanye bukan satu kesempatan unjuk kebolehan dengan bahasa kosong, yang akhirnya dinilai sebagai politik cari muka saja, melainkan para caleg mesti menjiwai seperti noken. Bukan menjiwai uang lalu uang berkuasa untuk merobek noken kehidupan yang mesti dirajut dan dianyam bersama setelah duduk di kursi terhormat sebagai wakil rakyat.
Noken kehidupan sudah menjamin hidup tetapi memerlukan perlindungan mendesak. Sejak noken dilupakan seakan merobek atau merusak noken kehidupan masyarakat dan akan lebih menjamin kalau wakil rakyat menjiwainya.
Mama Noken Antara Hinaan dan Pujian
Puisi karya Titus Pekei
mama kau tegak membungkuk demi anak noken,
mama kau cucurkan keringat di pundak demi anak noken,
mama kau tidak luput dari hinaan ke pujian,
mama kau rajut/anyam hidupku, terus jiwai,
mama tidak butuhkan pujian tapi butuh dimengertinya,
mama selamatkan anak noken demi ketahanan identitas budaya,
mama merajut/menganyam identitas kebesaran tanpa batas,
mama membuka ruang, butuh dimengertinya dan mengisinya.
salam mama nokenku, dikenang selamanya.
semua oap itu anak noken, oap tumbuhkan nurani,
keselamatan tidak jatuh dari langit, gali terus jadi nyata,
mama nokenku ...
mama noken jiwai aku teladanmu mama,
mama noken hadir dalam segala hal bagiku,
mama memikul peradaban diriku,
mama merajut/menganyam hidupku,
mama mengajari aku tetap bersemangat,
mama nokenku ....
mama dalam noken ada damai, ajari aku damai,
mama dalam noken ada kebahagiaan, ajari aku bahagia,
mama dalam noken ada kebersamaan, ajari aku bersama,
mama dalam noken ada segalanya, ajari aku tahu,
mama dalam noken ada kehidupan, ajari aku hidup,
mama tunjuk jalan setapakmu, anak noken ke sana,
doa mama menuntun jejak langka anak noken ke sana,
salam buat mama nokenku
Ketum PGI: Jadilah Pembawa Harapan di Tengah Dunia yang Penu...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Dalam ketidakberdayaan dan solidaritas Allah yang hadir bagi yang kecil, te...