Pemilu Afghanistan Tanpa Karzai
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 135 juta warga Afghanistan akan memilih presiden baru hari ini (5/4). Ini peralihan kekuasaan untuk pertama kali melalui kotak suara.
Taliban disebut-sebut akan mengacaukan pemilu mendorong operasi keamanan untuk antisipasi.
Sekitar 40.000 polisi dan tentara diterjunkan untuk mengamankan pelaksanaan pemungutan suara. Lalu lintas kendaraan pun dilarang memasuki ibukota Kabul sejak Jumat siang.
Delapan kandidat bersaing untuk menggantikan Hamid Karzai, yang sesuai konstitusi dilarang mencalonkan diri kembali untuk jabatan periode ketiga. Karzai menjadi presiden sejak 2001 pasca-penyerbuan Amerika Serikat ke Afghanistan untuk memburu Osama bin Laden pasca peristiwa 11 September 2001.
Kekerasan terjadi sehari sebelum pemilu digelar, dua orang wartawan asing ditembak pada Jumat (04/04).
Fotografer Jerman pemenang penghargaan Anja Niedringhaus tewas dan reporter Kanada Kathy Gannon terluka ketika seorang polisi menembak mobil mereka di bagian timur kota Khost.
Diawasi AS
Amerika Serikat berharap bisa mempertahankan pasukan militernya di Afghanistan sampai 2014, namun keamanan Kabul di masa depan kemungkinan besar bergantung pada kesediaan Kongres AS untuk terus mendanai misi tersebut, menurut beberapa pengamat.
Berakhirnya kekuasaan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, yang akan melepaskan jabatannya setelah pemilihan umum pada Sabtu, seharusnya membuka jalan bagi Washington untuk menjalin kesepakatan baru mengenai tentara AS dengan penggantinya.
Karzai membuat berang AS tahun lalu setelah menolak menandatangani Perjanjian Keamanan Bilateral (BSA) yang akan mempertahankan 10.000 pasukan AS di Afghanistan sampai tahun berikutnya untuk memberikan pelatihan dan menjalankan misi kontraterorisme.
Berhubung BSA tidak ditandatangani, AS bersiap menarik pasukannya secara massal, ucap juru bicara Pentagon, Laksamana Muda John Kirby.
“Seperti yang diperintahkan Presiden kami berencana menarik pasukan sepenuhnya, jika kesepakatan BSA tidak disetujui,” kata Kirby. “Namun itu bukanlah hasil akhir yang diinginkan semua orang.”
Sejauh ini Presiden Obama belum menentukan keputusan apa pun sehubungan dengan keberadaan militer AS di Afghanistan atau apa yang akan dilakukan selanjutnya, tambah Kirby.
Amerika Serikat meyakini bahwa kandidat presiden yang bertarung dalam jajak pendapat Afghanistan pada Sabtu lebih mudah dihadapi dibandingkan Karzai, menurut mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Afghanistan, Ronald Neumann.
“Mereka adalah orang-orang cakap yang bisa bekerja sama dengan kami,” ujar Neumann. Masing-masing kandidat mendukung BSA.
Mempertahankan kehadiran Amerika Serikat terutama bergantung pada apakah pemilihan itu dianggap adil atau apakah pemerintah baru dipandang sah, ucap para ahli.
“Jika kecurangan merajalela, pasti akan terjadi kegagalan dalam menegosiasikan hasil yang representatif, Anda bisa melihat, dukungan politik di Amerika Serikat dan di negara lainnya untuk terus memberikan bantuan kepada Afghanistan makin berkurang,” jelas Michele Flournoy, Wakil Menteri Pertahanan untuk urusan Kebijakan. “Itu akan memengaruhi apa pun yang pemerintah Afghanistan hasilkan dalam situasi krisis, mereka akan terus berjuang untuk kelangsungan hidupnya.”
“Intinya bahwa Kongres kami sangat peduli dengan legitimasi dan kredibilitas dari pemerintah yang kami berikan bantuan dan dukung,” tambah Michele.
Kongres, yang mengendalikan keuangan, sudah mulai mengambil langkah tegas untuk Afghanistan. Pada Februari anggota parlemen memangkas anggaran 2014 untuk bantuan pembangunan Afghanistan sebesar 50 persen, menjadi 1,12 miliar dolar Amerika (sekitar Rp 12,6 triliun). (bbc.co.uk/AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...