Pemimpin Gereja Ortodoks Rusia Kritik Hagia Sophia Diubah Jadi Masjid
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Patriark Kirill, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, mengatakan pada hari Senin (6/7) bahwa seruan untuk mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi masjid menjadi ancaman bagi agama Kristen.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah mengusulkan untuk mengubah status masjid dari Situs Warisan Dunia UNESCO, sebuah bangunan kuno di jantung kekaisaran Byzantium Kristen dan Kekaisaran Ottoman Muslim dan sekarang menjadi salah satu monumen yang paling banyak dikunjungi di Turki.
Usulan itu telah dikritik oleh beberapa pemimpin agama dan politik, termasuk Patriark Ekumenikal yang berbasis di Istanbul, pemimpin spirtual umat Kristen Ortodoks dunia, serta Yunani, Prancis, dan Amerika Serikat.
"Ancaman terhadap Hagia Sophia adalah ancaman bagi semua peradaban Kristen, yang berarti (ancaman terhadap) spiritualitas dan sejarah kita," kata Patriark Kirill dalam sebuah pernyataan.
"Apa yang bisa terjadi pada Hagia Sophia akan menyebabkan rasa sakit yang dalam di antara orang-orang Rusia."
Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya berharap pihak berwenang Turki akan mempertimbangkan status Hagia Sophia sebagai Situs Warisan Dunia. "Ini adalah mahakarya tercinta dunia bagi para wisatawan dari semua negara yang mengunjungi Turki, termasuk bagi para wisatawan dari Rusia, yang bagi mereka Hagia Sophia, selain dari nilai pariwisatanya, memiliki nilai spiritual yang sangat dalam," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Erdogan mengatakan pekan lalu bahwa kritik atas kemungkinan perubahan status monumen itu, yang dikenal di Turki sebagai Ayasofya, adalah serangan terhadap kedaulatan Turki. Banyak orang Turki berpendapat bahwa status masjid akan lebih mencerminkan identitas Turki sebagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dan jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Turki mendukung perubahan itu.
Hagia Sophia adalah tempat ibadah penting bagi umat Kristen Ortodoks selama berabad-abad sampai Istanbul, yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel, jatuh ke tangan kekuasaan Turki Ottoman pada tahun 1453. Mereka mengubah bangunan itu menjadi sebuah masjid, tetapi setelah terbentuknya republik Turki modern yang sekuler di bawah Mustafa Kemal Ataturk, bangunan itu menjadi museum pada tahun 1934.
Banyak orang Kristen merasa nyaman dengan status Hagia Sophia sebagai museum karena ini secara efektif menciptakan ruang netral yang menghormati warisan Kristen dan Muslim dari bangunan kuno, yang berasal dari abad keenam.
Pengadilan Turki pekan lalu mendengarkan kasus yang bertujuan mengubah bangunan itu kembali menjadi masjid dan akan mengumumkan vonisnya akhir bulan ini. Kasus pengadilan, yang dibawa oleh LSM untuk melestarikan monumen bersejarah, menolak legalitas keputusan tahun 1934. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...